Namun, sejak awal 2020 masalah pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia. Tak ayal krisis ekonomi yang dipicu masalah kesehatan itu memukul perekonomian dunia termasuk Indonesia.
“Itu [UMKM] yang dulu tidak kena krisis sekarang kena krisis. Maka kita harus me-review transformasi kita. BRIvolution 1.0 itu menjadi BRIvolution 2.0. Kami tetapkan mulai 2020,” ujarnya.
Hal tersebut mengubah kebijakan jangka pendek manajemen BRI yang kemudian menetapkan business follow stimulus.
Ekonomi yang terpukul pandemi sangat mengandalkan stimulus dari Pemerintah. Di sisi lain, BRI terus memperkuat fundamental bisnis untuk tumbuh.
Visi besar BRI pun turut diubah menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia & Champion of Financial Inclusion.
Pihaknya sadar hadirnya tantangan ini mendorong BRI harus semakin melibatkan seluruh komponen anak perusahaan.
Fokus bank dengan jejaring terluas di Tanah Air tersebut akan dikembalikan pada khittahnya di segmen UMKM termasuk usaha Ultra Mikro (UMi).
Champion of Financial Inclusion pun dimaksudkan untuk menjaga pertumbuhan berkesinambungan BRI. Pihaknya mencari sumber pertumbuhan baru dengan prinsip go smaller, dengan fokus pada usaha kecil.
Tentunya dengan tenor pendek sesuai kebutuhan atau go shorter. BRI pun memperkuat digitalisasi layanan jasa keuangannya atas prinsip go faster, sehingga prinsip go cheaper atau berbiaya murah dan efisien tercipta.
“Maka Champion of Financial Inclusion kita terjemahkan sebagai BRI harus mampu melayani rakyat sebanyak mungkin, nasabah sebanyak mungkin, dengan biaya semurah mungkin,” tuturnya. (***)