Kejanggalannya ada pada penurunan ambang batas kekebalan populasi. Kekebalan populasi diasumsikan tercapai jika 70% dari seluruh populasi sudah divaksinasi atau sembuh dari COVID-19. Jadi dari 270 juta penduduk, 189 juta perlu memiliki kekebalan.
Karena yang sembuh setelah terjangkit baru sekitar 2 juta orang, maka ada 187 juta jiwa yang perlu divaksinasi. Artinya angka kebutuhan vaksin seharusnya 374 juta dosis.
Jadi target yang sekarang pun sebenarnya masih kurang 11 juta dosis dari ambang batas kekebalan populasi, apalagi jika angka ini menyusut lagi. Angka 363 juta dosis adalah batas minimal yang tidak bisa ditawar dan bahkan perlu ditingkatkan lagi.
Memastikan pasokan untuk menjaga laju vaksinasi
Kecepatan vaksinasi yang konsisten memerlukan pasokan vaksin yang stabil. Untuk mempertahankan kecepatan vaksinasi pada angka 2 juta dosis per hari, maka perlu disiapkan 60–62 juta dosis per bulan. Itu jika penyuntikannya dilakukan setiap hari tanpa jeda.
Tabel di bawah menunjukkan bahwa jumlah sebesar ini baru tercapai pada Oktober. Ini artinya jika tidak ada suplai tambahan, 2 juta dosis per hari baru bisa tercapai pada bulan November.
Jumlah vaksin yang disiapkan di Juli untuk penyuntikan Agustus hanya cukup untuk 1 juta dosis per hari.
Target 363 juta dosis pun sebenarnya masih belum termasuk 58 juta dosis untuk vaksinasi anak-anak yang baru saja dibuka.
Meski pasokan vaksin anak-anak bisa diusahakan terpisah dari pesanan yang sudah ada, fasilitas dan tenaga kesehatan pelaksananya kemungkinan besar akan tetap sama.
Penambahan target baru vaksinasi ini baik karena anak-anak pun perlu dilindungi dari COVID-19. Perluasan sasaran vaksinasi ini juga sekaligus menutup celah kekebalan populasi yang terlewatkan.
Masalahnya, penambahan sasaran ini akan mempersulit usaha percepatan kampanye nasional ini yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perlu banyak sumber vaksin
Satu hal yang perlu dicatat adalah semua perkiraan di atas didasarkan kepada asumsi bahwa importasi vaksin berjalan mulus sesuai rencana.
Masalahnya, di tengah produksi yang terbatas, perebutan vaksin COVID-19 makin ketat karena setiap negara berjuang untuk kepentingan rakyatnya masing-masing.
Salah satu cara mengurangi risiko gangguan pasokan adalah pemerintah perlu mencari sumber vaksin baru selain dari empat produsen yang telah dipesan. Namun, hal ini harus melalui proses penyesuaian anggaran yang akan memakan waktu.