BANDUNG – Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, musim kemarau di Bandung Raya yang terjadi Mei hingga Juni masih disertai dengan pembentukan awan-awan hujan.
Faktor penyebabnya karena kecenderungan suhu permukaan laut di sekitar perairan Jawa Barat relatif hangat sehingga berpotensi membentuk awan-awan hujan.
Kepala BMKG Kota Bandung, Teguh Rahayu menyebut hal tersebut sesuai dengan kriteria awal menuju masuk musim kemarau.
“Terkait dengan masih aktifnya hujan, BMKG bandung masih memantau besaran curah hujan yang terjadi,” ujarnya saat dihubungi via telepon, Rabu (23/6).
“Namun dari dasarian III Mei sampai dengan dasarian II Juni 2021, 3 dasarian berturut-turut, secara umum wilayah Bandung Raya masih memiliki curah hujan diatas 150 mm-163 mm. Sehingga belum bisa dikatakan memasuki musim kemarau,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan tingkat kelembapan masih tinggi di wilayah Pulau Jawa, termasuk Jawa Barat.
“Ada beberapa penyebab, pertama anomali positif SST (+1 derajat celcius), IOD yang sempat aktif sehingga wilayah barat Indonesia, termasuk Jabar memiliki aktivitas konvektif yang cukup kuat,” katanya.
“Selain itu terdapat fenomena meteorogis yang terjadi silih berganti seperti gelombang rossby dan juga sirkulasi eddy, sehingga tingkat kelembapan (RH) seolah-olah seperti “terperangkap” di Indonesia yang berada di selatan ekuator,” sambungnya.
Menurutnya, kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan awan hujan masih aktif. Sehingga kejadian hujan, baik ringan hingga lebat masih terjadi di wilayah Jawa Barat dan Bandung Raya. Oleh karena itu, masyarakat diimbau selalu waspada terhadap kondisi saat ini.
“Masyarakat diharap selalu waspada dan siap dalam menghadapi potensi kejadian hujan disertai angin kencang dan kilat. Bagi masyarakat yang sedang dalam perjalanan diharap segera menepi dan mencari tempat berlindung dalam gedung,” imbaunya. (MG8)