BOGOR – Uji coba Pemulihan yang berbasis di Universitas Oxford telah menemukan obat ketiga yang dapat membantu pasien Covid-19 cepat pulih saat dirawat di rumah sakit. Obat tersebut langsung menyasar pada virus itu sendiri, daripada peradangan yang muncul.
Obat tersebut merupakan kombinasi antibodi monoklonal yang dikembangkan oleh Regeneron bekerja untuk pasien yang tidak mengembangkan antibodi sebagai respons terhadap infeksi virus Korona. “Ini sangat penting,” kata Kepala Penyelidik Gabungan Pemulihan, Prof Sir Martin Landray seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (17/6).
“Apa yang kami temukan sekarang, kami dapat menggunakan pengobatan antivirus, pada pasien yang memiliki. Biasanya pada umumnya peluang kematian 1 dari 3 pasien jika tidak diobati. Dan kami dapat mengurangi risiko itu,” katanya.
Namanya adalah obat Regeneron. Merupakan campuran dari dua antibodi monoklonal buatan laboratorium, casirivimab dan imdevimab, yang mengikat dua situs berbeda pada protein lonjakan virus Korona. Sehingga bisa menghalangi virus masuk ke dalam sel.
Hal yang sama juga sempat diberikan pada Donald Trump. Ia diberi dosis tunggal ketika dia jatuh sakit dengan Covid-19 saat dia menjadi presiden dan kemudian disetujui di Amerika Serikat, meskipun belum disetujui di Eropa atau Inggris.
Dalam penelitian mereka terhadap 9.785 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, 30 persen tidak memiliki antibodi terhadap virus tersebut. Setengahnya memang memiliki antibodi dan status sisanya tidak diketahui.
Dalam uji coba obat ini, kematian mereka yang tidak memiliki antibodi sendiri berkurang dari 30 persen menjadi 24 persen. Artinya obat ini bisa menyelamatkan 6 nyawa dari setiap 100 pasien.
Masa tinggal mereka di rumah sakit dipotong 4 hari lebih cepat dan mereka cenderung tidak menggunakan ventilator. Obat itu tidak berpengaruh pada mereka yang sudah memiliki antibodi.
Tim tersebut sebelumnya juga menemukan bahwa deksametason steroid murah dan tocilizumab obat arthritis juga menyelamatkan nyawa. Tetapi obat itu mungkin hanya tersedia bagi mereka yang berada di negara-negara kaya.
“Harus ada inisiatif untuk membuat obat-obatan ini dapat diakses. Anda harus meningkatkan produksi, dan harganya harus terjangkau,” katanya. (radarbogor)