RANCAEKEK – Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kelurahan Rancaekek Kencana, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung berhasil olah sampah organik menjadi bahan bakar memasak.
Sebagai wilayah perumahan dan didominasi oleh warga yang bekerja ke daerah perkotaan, KWT di Kelurahan Rancaekek Kencana tetap peduli terhadap lingkungan.
Hal itu terlihat dari kebun KWT Kelurahan Rancaekek Kencana yang berlokasi di lapang Liga, lahan kosong dekat kantor kelurahan.
Melalui pantauan Jabar Ekspres di lokasi, tumbuhan mulai dari tanaman berbuah hingga berbunga terlihat cantik menghiasi pemandangan Jalan Raya Teratai.
Pembina KWT Kelurahan Rancaekek Kencana sekaligus Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kalurahan (LPMK), Ahmad Mustofa mengatakan sampah organik juga dapat bermanfaat.
“Dari hasil limbah sayuran dan sampah pasar. Sampah pasar kita pilah lagi yang organiknya dibawa,” kata Ahmad kepada Jabar Ekspres di lokasi, Senin (24/5).
Setelah mengumpulkan limbah sayuran, Ahmad atau panggilan akrabnya Abah Mus menjelaskan, sampah organik nantinya diproses agar dapat digunakan sebagai bahan bakar memasak.
“Dimasukin (limbah sayur) ke Komposter. Nanti hasilnya bisa menghasilkan gas buat masak, disambung selangnya ke kompor gas,” ujar Abah Mus.
Komposter merupakan alat yang digunakan untuk membantu kerja bakteri pengurai material organik berupa sampah menjadi bentuk baru dengan sifat seperti tanah.
Selain menjadi bahan bakar berupa gas untuk memasak, kumpulan sampah organik yang berupa limbah sayuran itu, kata Abah Mus, juga bisa diolah sebagai pupuk.
“Yang pertama jadi gas untuk memasak. Yang kedua kita jadikan pupuk cair buat tanaman,” ucapnya.
Abah Mus mengakui, setelah terbentuknya KWT di Kelurahan Rancaekek Kencana, warga menyambut baik dengan peduli terhadap lingkungan.
“Masyarakat jadi rajin cocok tanam. Satu untuk memperbaiki lingkungan, kemudian bagus juga buat oksigen, dan enak dilihat kalau banyak tanaman,”imbuhnya.
Ia menerangkan, KWT Kelurahan Rancaekek Kencana selalu memberikan sosialisasi ke tiap RW agar warga dapat menerapkannya di lingkungan masing-masing.
“Program masing-masing di tingkat RW, kami hanya memberikan binaan saja. Nanti eksekusinya di tingkat RW, warga RW tersebut,” tuturnya.