SATU di antara keutamaan ajaran Islam tentang soal kemasyarakatan ialah ajarannya yang bersifat sosialistis di samping memikirkan dan mengurus kepentingan diri sendiri, seorang Muslim haruslah juga memikirkan keadaan saudara-saudara muslim lainnya, memberikan kelapangan kepada orang yang sedang mengalami kesempitan, kesusahan; tegasnya memberikan uluran tangan dan pertolongan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman, “Dan tolong-tolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah, 5:2).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda, “Tiadalah seorang mukmin berduka cita atas musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah Swt. akan memakaikan kepada perhiasan kehormatan, kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah melalui Amr ibnu Hazm).
Barang siapa yang turut berduka cita atas musibah yang menimpa saudaranya yang mukmin, maka kelak di hari kiamat Allah akan memakaikan kepadanya perhiasan kemuliaan, yakni Allah Swt. akan menempatkannya pada kedudukan yang mulia kelak di hari kiamat.
Dan dalam berfirman-Nya yang lain disebutkan, “Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr, 59:9)
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda, “Perumpamaan hubungan seorang mukmin dengan mukmin yang lain adalah laksana sebuah bangunan yang masing-masing bagian saling menguatkan. (Beliau kemudian mengisyaratkan hal itu dengan menyatukan jari-jari kedua tangan beliau).” (HR. Bukhari).
Menolong sesama saudara merupakan hal yang dianjurkan. Barang siapa yang menolong saudaranya yang dalam kesusahan, niscaya Allah Swt. akan membalas dan menolongnya di hari ketika ia mendapat kesulitan. Dan dalam hadits lain disebutkan bahwa barang siapa yang menolong orang yang tidak mampu menunaikan hajatnya, niscaya Allah akan menetapkan kedua telapak kakinya di atas shirathal mustaqim. Atau dengan kata lain ia tidak akan tergelincir dan dapat melaluinya hingga sampai ke surga.