Diriwayatkan juga bahwa Rasulullah Saw. apabila mengutus salah seorang sahabatnya untuk menjalankan urusan tertentu, seringkali berpesan sebagai berikut, “Berusahalah untuk membuat gembira (orang atau kaum yang kalian datangi tersebut) dan jangan membuat mereka menghindar. Demikian juga berupayalah untuk mempermudah dan jangan mempersulit.” (HR. Ahmad).
Istri Abud Darda pernah berkata, “Setiap kali Abud Darda’ menyampaikan sesuatu, maka ia selalu menyampaikannya seraya tersenyum sehingga saya sampai berkata kepadanya, “‘Saya khawatir orang-orang nanti akan menganggapmu kurang waras.” Akan tetapi, dia lalu menjawab, “Setiap kali Rasulullah Saw. menyampaikan suatu perkataan maka beliau selalu tersenyum.” (HR. Ahmad).
Berkenaan dengan peran senyum dalam pergaulan sosial, seorang pakar tradisional dari Cina mengatakan, “Seseorang yang tidak mengetahui bagaimana mesti tersenyum, maka dia tidak layak menjadi pedagang.
Sebagaimana burung tidak dapat diburu kecuali dengan jerat dan perangkap, maka demikian juga hati manusia tidak dapat diburu kecuali dengan senyum dan wajah yang berseri-seri.
Benar, para pemilik toko, warung yang berakhlak, ramah, suka tersenyum, menyambut dan menghargai para pembeli, toko, kedai dan warungnya selalu penuh dikunjungi para pembeli. Sebaliknya, orang akan lari dari pedagang yang bermuka masam, tidak ramah, ketus, cemberut, dan suka marah-marah.
Berapa banyak orang mengalami kesedihan, tertimpa awan kegelisahan, dan merasakan tekanan depresi dalam kehidupan. Jangan tanyakan di mana senyumannya saat itu, keindahan tawa dan manisnya humor.
Ahmad Amin berkata, “Seandainya manusia bersikap jujur, niscaya mereka tidak memerlukan tiga perempat obat-obatan yang ada di apotek, dan ia cukup mengobatinya dengan tertawa. Satu tawa lebih baik seribu kali dari aspirin dan pil penenang.
Untuk bisa sukses dalam bergaul dengan sesama manusia, kita harus menjadi orang yang bijak dalam memberikan senyuman, walaupun tersenyum bukan merupakan kebiasaan kita. Pelajari bagaimana tehnik tersenyum, karena yang demikian itu bukan aib bagi kita. Hilangkan segala tekanan batin. Usahakan senyuman mengalir di seluruh jiwa dan raga kita, dan terutama di wajah dan kedua bibir kita. Kita tidak akan rugi karenanya, dan bahkan kita akan menjadi orang yang beruntung dan berbahagia dalam kehidupan apa pun.