BANDUNG – Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPM-Desa) Jwa Barat (Jabar) membuat terobosan dengan meluncurkan program Sakolah Bisnis Desa (SABISA).
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono mengatakan, program SABISA akan dimulai pada tahun ini.
‘’Nantinya akan menghadirkan para kepala desa dan 1.00 direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa),’’kata Bambang kepada wartawan, Kamis, (8/4).
Dia menilai, Kepala desa (Kades) dan direktur BUMDesa memiliki peranan penting dalam mengembangkan potensi desa.
Kehadirannya diharapkan memaksimalkan potensi desa dengan prinsip berkelanjutan dan memperhatikan kearifan lokal.
‘’Ini kan mampu memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat di pedesaan yang jumlahnya mencapai 72 persen dari total jumah penduduk di Jawa Barat,’’kata dia.
Melalui SABISA diharapkan BUMDesa mampu bertransformasi menjadi model usaha yang lebih profesional untuk memajukan perekonomian masyarakat pedesaan.
Dia menuturkan, untuk membuat program ini berjalan maksimal salah satu kendala adalah belum semua aparatur desa dan direktur BUMDesa mampu menjalankan bisnis dengan baik.
‘’Hal ini sangat terkait dengan masih terbatasnya wawasan dan skill bisnis,’’cetus mantan Kadis ESDM Jabar itu.
Dengan begitu, program SABISA diharapkan mampu mengembangkan bisnis BUMDesa, sehingga bisa memberi kesejahteraan bagi masyarakat.
Dalam program yang diikuti kepala desa dan direktur BUMDesa ini, mereka akan mendapatkan pelatihan dari pemateri yang terdiri dari akademisi, pelaku usaha, perbankan, dan Kementerian Desa.
Sebagai contoh, lanjut Bambang, para utusan dari masing-masing desa akan dilatih mengenai operasionalisasi BUMDesa mulai dari pengenalan potensi hingga pembentukan ekosistem.
“Mereka akan diajari cara menggali potensi desanya seperti apa, bagaimana cara untuk menjual produknya, termasuk dengan membentuk pasarnya seperti apa,” paparnya.
Dengan begitu, dia berharap nantinya BUMDesa mampu membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Harus menciptakan produk yang dibutuhkan pasar, yang akan laku di pasar,” katanya.
Selain itu, para kepala desa bisa saling mengenal dan bersinergi untuk mengetahui potensi dan kebutuhan masing-masing.
Dengan begitu, setiap BUMDesa akan saling mendukung, bukan saling bersaing.
“Ada rantai nilainya juga, berperan dari hulu ke hilir. Mana desa berperan di hulu, mana di hilir. Jadi bisa membenahi rantai pasok,” katanya.