Duh, Kabupaten Bandung Acapkali Jadi Tempat Singgah Kelompok Radikal

SOREANG – Sejak beberapa tahun ke belakang, wilayah Kabupaten Bandung kerap kali dijadikan tempat bersinggah kelompok radikal.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bandung, Iman Irianto Sudjana membenarkan, kebanyakan kelompok radikal yang singgah bukan asli warga Kabupaten Bandung, namun kebanyakan kelompok tersebut hanya singgah dan mengontrak rumah.

“Memang benar ada beberapa kelompok radikal yang asli warga Kabupaten Bandung, namun kebanyakan mereka hanya pendatang dan mengontrak rumah di sini. Sehingga, kita mengimbau kepada pemilik rumah kontrakan dan kos-kosan harus lebih teliti lagi meminta data-data calon pengontraknya,” ungkap Iman saat memberi keterangan di ruang kerjanya, Selasa (6/4).

Selain itu, Iman juga mengatakan, adanya kejadian penggeledahan tempat tinggal terduga teroris di Desa Nagrek, Kecamatan Cangkuang, beberapa waktu lalu merupakan peringatan bahwa di lingkungan sekitarnya masih ada oknum warga yang terindikasi hal-hal yang terkait dengan pemahaman ekstrim dan melakukan aktivitas kekerasan berbentuk teror.

“Namun, lebih dalam lagi, saya tidak bisa berkomentar lebih, karena hal tersebut kewenangan Densus 88 dan pihak kepolisian,” kata Iman.

Iman juga menyebut hal tersebut menjadi indikasi untuk memperkuat ketahanan daerah, lingkungan dan keluarga sebagai deteksi dini. Masyarakat dituntut untuk bisa lebih mengenali lingkungan terdekatnya terutama keluarga.

“Kita harus lebih mengetahui tentang keluarga kita, apa saja aktivitas keluarga kita. Kita nggak tahu juga kan perkembangan anak kita di luar, mungkin ikut komunitas atau organisasi tertentu. Sehingga, terpenting itu adalah pendampingan keluarga,” jelasnya Iman.

Iman menjelaskan, bahwa pengawasan lingkungan juga dipandang sangat penting terutama lingkungan sekolah. Hal itu cukup beralasan, di mana di sekolah anak-anak bisa dikuatkan dengan berbagai pemahaman terkait penguatan ideologi bangsa.

“Kalau di sekolah ada berbagai mata pelajaran yang bisa diajarkan seperti PMP, PPKN, PSBB, dan wawasan kebangsaan atau kalau zaman dulu itu siswa diwajibkan nonton film G30S/PKI, biar lebih tahu pemberontakan itu seperti apa,” jelasnya.

Lebih lanjut lagi, Iman mengatakan harus ada dorongan terhadap partisipasi masyarakat terkait deteksi dini, salah satunya adalah peran dari pemerintahan terkecil seperti RT, RW, dan Desa.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan