“Saya jamin tidak ada impor beras ketika panen raya dan hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan petani apalagi memang belum ada impor. Kekhawatiran kita hanya karena Bulog saat ini sangat menipis, stoknya seperti bisa dihitung hanya mungkin tidak capai 500 ribu,” jelasnya.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar sebelumnya sempat mengatakan, Kota Bandung menjadi salah satu daerah yang rentan terkena krisis pangan. Pasalnya, Bandung bukan merupakan daerah produsen.
Meski rentan, Gin Gin menuturkan berbagai upaya tengah dilakukan. Salah satunya membangun ketahanan pangan di tingkat keluarga.
”Karena kita tidak mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sendiri atau memproduksi sendiri, makanya kita membangun ketahanan pangan melalui pendekatan keluarga,” ujarnya.
Dia menyebutkan, sejauh ini sumber pangan yang masuk, khususnya pangan segar seperti beras, daging sapi, daging ayam, telor, kemudian ikan, buah-buahan dan sayuran hampir 96 persen datang dari luar kota. Baik dari wilayah Jawa Barat seperti Ciamis, Sukabumi, Cianjur dan beberapa daerah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.
”Selama ini kan yang membutuhkan tidak hanya Kota Bandung, daerah lain pun sangat membutuhkan. Jadi terbayangkan sama-sama bersaing untuk memperoleh itu, karena selama tidak punya kemampuan untuk menghasilkan sendiri, itu menjadi kendala ke depan yang harus diantisipasi,” jelasnya.
Oleh karena itu, Dispangtan turut mendorong secara masif ke semua warga paling tidak satu RW atau bahkan sampai setingkat rumah tangga agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan lahannya demi membangun ketahanan pangan dari tingkat yang paling bawah. (ayu)