Sementara itu, sebanyak 2,8 juta dosis vaksin AstraZeneca juga dijadwalkan tiba di Pakistan pada Maret melalui inisiatif COVAX. Ketibaan itu akan disusul oleh pelaksanaan vaksinasi pada kalangan warga Pakistan yang berusia 60 tahun ke atas.
Pakistan, yang telah mencatat lebih dari 550.000 kasus COVID-19 dan lebih dari 12.000 kematian, masih sangat bergantung pada inisiatif COVAX. Pakistan sendiri telah memulai program imunisasi dengan 500.000 dosis vaksin yang didonasikan oleh China.
Selain itu, negara tetangga Malaysia juga menjadi salah satu negara yang telah menyetujui penggunaan vaksin buatan AstraZeneca. Pada awal Maret, Malaysia mengeluarkan persetujuan bersyarat untuk penggunaan vaksin COVID-19 yang dibuat oleh AstraZeneca dari Inggris, bersamaan dengan izin penggunaan vaksin Sinovac dari China.
Malaysia sendiri telah memulai program vaksinasi pada akhir Februari dengan menggunakan suntikan buatan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer, yang bermitra dengan perusahaan Jerman, BioNTech.
Pada Jumat (19/3), Malaysia mengumumkan rencana untuk meneruskan pembelian vaksin AstraZeneca dengan tetap memegang keputusan sebelumnya bahwa tidak ada bukti penggunaan vaksin tersebut menyebabkan terjadinya pembekuan darah, sebagaimana sempat dilaporkan oleh sejumlah negara Eropa yang mengakibatkan penundaan penggunaan vaksin di negara-negara itu.
Pada pertengahan Februari, badan pengawas makanan dan obat-obatan Arab Saudi juga telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca. Dan baru-baru ini, negara tersebut melaporkan tak ada kasus pembekuan darah dalam penggunaan vaksin itu.
Uni Emirat Arab dilaporkan akan mulai melakukan vaksinasi pada warganya dengan menggunakan suntikan AstraZeneca-Oxford pada awal Februari. Menurut laporan Reuters, terdapat 200.000 dosis dalam pengiriman pertama yang datang dari India itu.
Sebanyak 24.000 dosis vaksin AstraZeneca juga dilaporkan telah mencapai Palestina, bersamaan dengan 38.000 dosis vaksin Pfizer/BioNTech, melalui skema COVAX.
Meski demikian, pada Rabu (17/3), 24.000 dosis tersebut dilaporkan akan disimpan sambil menunggu keputusan ilmiah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait kasus pembekuan darah yang terjadi di sejumlah negara.
WHO sendiri telah mendesak negara-negara untuk tetap melanjutkan penggunaan vaksin COVID-19 tersebut.
“Vaksin AstraZeneca ini sangatlah penting khususnya karena vaksin tersebut mencakup 90 persen dari vaksin yang didistribusikan melalui COVAX,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (antaranews)