JAKARTA– Pada Maret 2021 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak semua pihak untuk mencintai produk loka sekaligus membenci produk asing. Sayangnya, belum sampai sebulan pernyataan itu keluar, kini pemerintah berencana mengimpor beras sebesar 1 juta ton di tahun 2021.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengklaim, rencana impor beras 1 juta ton merupakan strategi pemerintah agar tidak didikte oleh spekulan dan pedagang.
Selain mengintervensi jumlah stok pangan di pasar, ia menyebut tugas pemerintah lainnya adalah menciptakan stabilitas harga.
Ia menyebut pemerintah harus melakukan intervensi jika stok mencukupi namun harga terus naik,
Menurut dia, importasi merupakan mekanisme pemerintah untuk mengintervensi pasar.
Meski telah ditetapkan kuota impor 1 juta ton, menurutnya belum tentu akan dibuka keran impor sebanyak itu.
“Pokoknya saya ingatkan ini adalah mekanisme pemerintah, bukan berarti kami menyetujui suatu jumlah untuk impor serta merta itu diharuskan impor segitu. Tidak,” katanya pada press briefing, Senin (15/3).
Dia memgklaim, meskipun impor, kebijakan itu tidak akan menganggu harga gabah di tingkat petani.
Menurut dia, langkah ini dilakukan untuk menjaga stok beras nasional dan menstabilkan harga.
“ini bagian dari strategi memastikan harga stabil. Percayalah tidak ada niat pemerintah untuk hancurkan harga petani terutama saat sedang panen raya,” ujar Lutfi.
Lutfi mengakui, berdasarkan data BPS, produksi beras nasional alami kenaikan tipis 0,07 persen menjadi mencapai 31,63 juta di 2020. Kenaikan produksi pun diperkirakan berlanjut di 2021.
Potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton, naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan produksi pada periode sama di 2020 yang sebesar 11,46 juta ton.
Oleh sebab itu, pemerintah memerlukan stock atau cadangan untuk memastikan pasokan terus terjaga melalui impor.
Di lain pihak, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas tidak menyetujui impor beras. Sebab kata dia, kini masih banyak beras impor sejak tahun 2018 yang belum terpakai sehingga turun mutunya.
Dia menjelaskan, Bulog masih memiliki stok beras impor dari pengadaan tahun 2018 lalu. Adapun dari total pengadaan sebanyak 1.785.450 ton beras, masih tersisa 275.811 ton beras belum tersalurkan. Dari jumlah tersebut, 106.642 ton di antaranya merupakan beras turun mutu. Pihaknya kini telah melaporkan hal itu ke Presiden.