JAKARTA – Varian baru Covid-19, B117, yang disebut-sebut lebih mematikan dari varian umum, ternyata telah menjangkiti empat pasien lainnya. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa empat pasien yang dikonfirmasi terserang virus corona varian B117 tidak mengalami gejala sakit berat dan semuanya sudah sembuh.
Ia juga mengemukakan bahwa vaksinasi COVID-19 bisa memberikan perlindungan terhadap hasil mutasi virus corona tersebut, karenanya warga tidak perlu terlalu khawatir.
“Hingga saat ini belum ada penelitian atau bukti ilmiah yang menunjukkan vaksin yang telah diproduksi dan yang telah digunakan di berbagai dunia tidak bisa melindungi dari virus varian baru ini,” kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan pers secara virtual, Senin, (8/3).
“Sampai saat ini vaksin yang digunakan dalam upaya kita melakukan penanggulangan pandemi masih sangat efektif dan tentunya tidak akan terpengaruh dengan adanya mutasi virus COVID-19 atau B117 ini,” ia menambahkan.
Mengenai keempat pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 varian baru B117, Kemenkes menyebutkan bahwa mereka tidak mengalami gejala yang berat.
“Dalam pemeriksaan PCR mereka dinyatakan positif. Pelacakan kita dari keempat kasus ini mengalami gejala ringan dan sedang serta melakukan isolasi secara terpusat. Ada yang dirawat tapi dengan kondisi ringan-sedang, tidak ada yang berat,” katanya.
Menurut Kemenkes, kasus penularan virus corona varian B117 ditemukan di Sumatera Selatan pada 11 Januari 2021, di Kalimantan Selatan pada 6 Januari 2021, di Kalimantan Timur pada 12 Februari, dan di Sumatera Utara pada 28 Januari 2021.
Siti mengemukakan bahwa sampai sekarang belum ada laporan yang menunjukkan varian baru virus corona tersebut menimbulkan gejala sakit berat pada pasien.
Kendati demikian, ada hasil penelitian yang menunjukkan varian virus corona tersebut lebih cepat menular ketimbang pendahulunya.
“Penelitian di negara lain disebutkan virus varian baru ini lebih cepat menular tapi tidak lebih mematikan,” kata Siti.
“Kita melihat bahwa mutasi ini karena terjadi pada bagian spike virus tadi yang menyebabkan lebih mudah masuk ke dalam sel sasaran dibandingkan varian yang lama,” ia menambahkan.