BANDUNG – Memperingati Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2021, organisasi Simpul Puan menggelar aksi di depan Gedung Sate Jl. Diponegoro No. 22, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Senin (8/3).
Tema yang diusung dalam aksi tersebut yakni: Kapitalisme Adalah Pandemi, Persatuan Perempuan Tertindas Adalah Polusi.
Organisasi Simpul Puan melakukan aksi untuk merespon keadaan para perempuan yang saat ini dirasa masih mengalami ketidakadilan yang sistematis dari beberapa lini.
Misalnya, buruh perempuan yang lemah secara ekonomi dapat dilemahkan juga secara sosial karena adanya budaya patriarki, lalu menjadikan perempuan sebagai manusia kelas dua setelah laki-laki.
Aksi yang diselenggarakan tadi ini tergabung dari berbagai elemen seperti mahasiswa, buruh, individu dan komunitas.
Mereka membawa poster yang bertuliskan berbagai macam tuntutan yang ingin mereka sampaikan di Hari Perempuan Internasional ini.
Pada aksi demo tersebut para demonstran juga mengeluhkan soal peraturan bekerja di beberapa perusahaan, seperti peraturan mengenai hak maternitas perempuan, yaitu hak yang berkaitan dengan reproduksi seperti cuti melahirkan dan menyusui.
“Kadang ada ya, pemodal dan suatu perusahaan itu nggak ngasih para buruh perempuan cuti datang bulan. Bahkan melahirkan dan menyusui, padahal itu kan hak mutlak bagi para pekerja ya terutama buruh perempuan, saat mereka menuntut haknya mereka begitu rentan kena PHK, bahkan ada yang sampai didiskriminasi,” kata Khodijah, Humas dari Simpul Puan saat diwawancarai, Senin (08/03).
Selain dari hak-hak buruh, tuntutan yang dituntut dalam aksi ini adalah daruratnya kekerasan seksual yang terjadi akhir-akhir ini, terutama di lingkungan akademik yang seharusnya menjadi lingkungan yang aman.
Tidak adanya payung hukum yang sah membuat para penyintas kekerasan seksual sulit untuk mendapatkan haknya.
“Padahal RUU Penghapusan Kekerasan Seksual sudah beberapa kali ya memasuki program legislasi nasional, tapi pada akhirnya harus tersingkir karena adanya RUU yang lain yang lebih menguntungkan para pemodal atau para barisan yang ada di atas,” keluhnya.
Dari berbagai ketidakadilan yang dialami perempuan tersebut organisasi Simpul Puan pada Hari Perempuan Internasional mengajak agar seluruh masyarakat untuk terlibat dalam mempertahankan hak-hak perempuan.