JAKARTA – Sambutan luar biasa dari massa saat Joko Widodo (Jokowi) tiba daerah Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) dinilai wajar.
Selain Jokowi adalah Presiden, sebagian besar warga NTT waktu Pilpres memilih Jokowi -Ma’ruf Amin saat Pilpres 2019.
Ketua Dewan Penasihat Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir berpendapat, seorang presiden yang dicintai oleh rakyatnya, pasti akan ditunggu kehadiran dengan sangat antusias dalam kondisi apapun.
“Jadi tidak bisa seenaknya menyalahkan Pak Jokowi yang begitu dicintai oleh rakyat NTT,” kata Inas kepada wartawan, Sabtu (27/2).
Dia menuturkan, Jokowi selalu ingin dekat dengan rakyatnya. Hal itu terlihat saat Jokowi menyapa warga melalui jendela mobil.
“Wajar saja jika beliau selalu senang dan bersemangat untuk bertemu dengan rakyatnya,” ujarnya.
Karena itu, menurut Inas, tim protokoler dan Paspampres harus kerja lebih keras mengingatkan Jokowi tentang pentingnya menghindari kerumunan masyarakat saat ia kunjungan ke daerah. Apalagi saat ini masih di masa pandemi.
Kerumunan massa saat menyambut Jokowi tidak merugikan masyarakat lainnya. Berbeda dengan saat massa menyambut kedatangan Rizieq Shihab di Bandara Soekarno-Hatta, beberapa waktu lalu.
“Peristiwa kerumunan di NTT ini sebenarnya tidak separah kerumunan ketika Rizieq Shihab dijemput oleh pendukungnya di Bandara Soetta.
“Rizieq Shihab sempat berorasi dari atas mobil yang terbuka kapnya, tapi ternyata juga tidak diproses oleh kepolisian,” tutur Inas.
Meski demikian, Inas berharap peristiwa seperti di NTT tidak terulang. Protokoler dan Paspampres perlu meninjau kembali SOP dalam mengatur kunjungan kerja Presiden.
“Karena kegiatan tersebut akan terus berkesinambungan,” pungkas Inas.
Sementara itu, Sosiolog Universitqs Nasional Sigit Rohadi mengatakan, respons masyarakat terhadap Presiden pasti antusias, apalagi di Indonesia Timur.
Namun, Sigit menilai ada kelemahan pengamanan di tingkat daerah, sehingga warga bisa berkerumunan. Tapi, kerumunan di NTT dan kerumunan saat Rizieq Shihab menikahkan anaknya berbeda.
“Karena Presiden tidak aktif seperti mengundang atau sejenisnya, tapi tetap saja menimbulkan sinisme sebagian masyarakat,” ujar Sigit. (***)