Dalam sektor perjalanan online turun 68 persen menjadi USD 3 miliar pada 2020, dari USD10 miliar pada 2019, walau diperkirakan akan kembali tumbuh dengan CAGR 36 persen dan mencapai USD15 miliar pada 2025. Pengantaran makanan dan transportasi juga turun 18 persen menjadi USD5 miliar dari USD6 miliar pada 2019.
Meski begitu, Chief Investment Strategist Temasek, Rohit Sipahimalani, masih melihat potensi yang besar dari ekonomi internet Indonesia.
Ia memandang potensi tersebut disumbang oleh pertumbuhan yang didorong oleh besarnya jumlah pengguna internet yang sangat aktif dan bahkan semakin aktif menggunakan internet karena pandemi.
Selain itu, menurut dia, banyaknya pengguna baru teknologi berbasis internet serta e-commerce memunculkan prospek untuk usaha-usaha baru di Indonesia, sekaligus mendorong pertumbuhan untuk usaha yang sudah ada.
“Kami banyak adanya peluang-peluang investasi pada ekonomi internet Asia Tenggara, yang sejalan dengan tren struktural kami untuk mendorong kemajuan sosial dengan memanfaatkan teknologi. Bersama dengan swasta, pemerintah, dan masyarakat, kami berkomitmen untuk turut membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan di Asia Tenggara,” kata Rohit. (fin.co.id)