Ia bahkan mengawal hingga keluar izin penggunaan teknologi tersebut dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Sebelum menemukan metode pengolahan sampah dengan teknologi pyrolisis, pihaknya mengandalkan pemberdayaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Sebanyak 21 hanggar pengolahan sampah terpadu dibangun sembari mencari teknologi yang tepat untuk mengelola sekitar 200 truk timbunan sampah per harinya.
“Setelah menggalakkan hanggar pengolahan sampah terpadu dengan ada KSM di dalamnya. Timbunan residu sampah tinggal 93 truk per hari. Sebagiannya kami bakar dengan teknologi pyrolisis,” katanya.
Menurutnya, pyrolisis itu pamungkas pengelolaan sampah. Karena sejauh ini kapasitas sampah yang bisa diolah alat tersebut masih terbatas. (ayu)