Beban tugas yang kian bertambah meskipun melakukan pembelajaran jarak jauh membuat anak stres karena harus menyelesaikan banyak PR. Daeng Udjo pun menyarankan pelajaran seni atau “pelajaran bahagia” agar pelajar tidak terlalu stres dengan pelajaran umumnya.
“Coba, hampir semua pelajaran itu menyuruh anak itu depresi. Ada nggak pelajaran bahagia? Rata-rata orang tidak tahu bagaimana kita menjadi bahagia. Orang nggak tahu. Tapi dengan mediasi angklung, di situ akan muncul, bagaimana kita bahagia. Kalau bersama itu bahagia loh, kalau berbeda-beda itu bahagia loh, kalau kita beraneka ragam itu bahagia loh,”paparnya.
Menurutnya, harmonisasi yang terbentuk dari keanekaragaman angklung bisa menjadi media edukasi.
“Enaknya tuh karena beragam. Karena ada berbagai macam, sampai ada yang sisipan, jadilah suatu komposisi yang baik. Melalui guru angklung itu bisa mengedukasi manusia,”katanya.
Ia berharap, penggunaan angklung sebagai media edukasi bisa menjadi pertimbangan pemerintah dan pihak terkait.
“Ini harus nyampe ke pemerintah. Karena harus ada yang berani menerapkan ini di sekolah. Jangan hanya angklung itu sebagai ekskul, tapi sebagai materi pokok. Jangan kasih judulnya angklung, tapi angklung dipake dalam pelajaran itu,”tuturnya.
Mengenai cara edukasinya, Maestro angklung inipun mengusulkan adanya “pelajaran bahagia” yang nantinya akan menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi pelajar.
“Misalnya apa, pelajaran bahagia. Aneh kan tapi unik. Coba adain satu jam atau dua jam dalam satu minggu pelajaran bahagia. Di situ kita bahagia. Ada saatnya membawa angklung, ada saatnya membawa bola, ada saatnya membawa permainan, angklung masuk di situ. Jadi pelajaran bahagia. Hari ini anak-anak yuk kita bahagia, coba, seneng gak sih,”paparnya. (mg4/ira)