BANDUNG – Keberadaan sampah di Kota Bandung nyatanya mengalami peningkatan setiap tahun. Bahkan, Kota Bandung mampu membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hingga 1.300 ton perhari.
Menurut Direktur Utama PD Pasar, Gun Gun Saptari, satu orang bisa menghasilkan 0.6 kilogram sampah setiap harinya. Sehingga tak heran, jika ribuan ton sampah bisa diproduksi dalam kurun waktu satu hari di Kota Bandung.
“Kalau bicara volume sampah, Kota Bandung memang (merujuk) ke hasil risetnya Prof. Enri l, 0.6 kilogram setiap orang perhari. Itu dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Bandung maka diprediksi 1.300 ton kurang lebih saat ini,” ungkapnya di Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong, Senin (22/2).
Menurutnya, timbunan sampah sudah dipastikan naik seiring dengan laju pertumbuhan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan setiap orang menghasilkan sampah setiap harinya.
“Timbulan sampah pasti naik, karena setiap orang menghasilkan sampah. Tapi, ada yang ditanganin oleh kita, ada yang dibuang ke TPA. Yang ke TPA ini terjadi penurunan sebetulnya,” ungkap Gun Gun.
Ia menuturkan, keberadaan program kurangi, pisahkan, dan manfaatkan (Kang Pisman) memberikan dampak tersendiri untuk menanggulangi permasalahan sampah di Kota Bandung. Meskipun program ini belum diterapkan secara merata, namun penurunan timbunan sampah terjadi pada 2020 lalu.
“Kang Pisman belum kita terapkan ke semua, karena bertahap. Di situ bicara perubahan budaya. Pemerintahnya sudah semangat, tapi masyarakatnya tidak mau, tidak jadi juga,” tuturnya.
“Belum ada kajian tentang waktu (efektifitas program). Kang Pisman jalan di tahun 2019. Persentase timbunan sampah turun 2020 kecil memang 0.47 persen. Pandemi yang terjadi pindah sampahnya, di sektor komersil turun, tapi rumah tangga naik,” sambungnya.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh PD Pasar, terdapat kenaikan sampah setiap tahunnya terhitung sejak 2015 silam yang mencatat produksi sampah di Kota Bandung mencapai 866 ton per hari.
Kemudian mengalami kenaikan sebesar 17,21 persen pada 2016, menjadi 1.015 ton perhari. Hal itu menjadi persentase kenaikan tertinggi dalam kurun waktu enam tahun. Sementara kenaikan terkecil terjadi pada 2019, hanya 3,96 persen atau setara dengan 1.340 ton perhari dari semula 1.289 ton perhari.