DAGO– Agenda mengubah Hotel menjadi rumah singgah bagi para pasien Covid-19 di Kelurahan Dago mengalami jalan buntu. Hal tersebut karena warga yang tinggal di sekitar Hotel menyuarakan penolakan. Padahal audiensi sudah dilakukan, tetapi tetap tidak mendapat lampu hijau dari para warga.
Lurah Dago, Nurliawati Affandi menyebut para warga sebetulnya sudah diberikan sosialisasi dan mediasi, tetapi hal itu belum cukup untuk meyakinkan mereka.
“Beberapa waktu lalu sudah melakukan audiensi bareng DPRD secara virtual lewat Aplikasi Zoom, tetapi para warga RT 03 RW 06 tetap bersikukuh menolak,” ucapnya ketika ditemui di kantor Kelurahan Dago, Jl. Ir. Juanda Kec.Coblong, Kota Bandung pada Jum’at(19/2).
Menurutnya, pengubahan hotel menjadi rumah singgah merupakan sesuatu yang baik untuk dilakukan. Hal tersebut semata-mata untuk membantu para penyintas agar dapat menjalani karantina secara maksimal.
Penolakan rumah singgah tersebut mengakibatkan operasional hotel dihentikan sementara.
“Udah weh sekarang hotel itu engga beroperasi, jadi tutup gitu engga ada kegiatan-kegiatan apa,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, warga RT 03 RW 06 Kelurahan Dago Kecamatan Coblong melakukan aksi penolakan tempat singgah pasien positif Covid-19 di Hotel The Silk Dago, Kota Bandung. Mayoritas warga menentang dijadikannya Hotel The Silk menjadi rumah singgah bagi pasien Covid-19.
“Ada rencana ini (rumah singgah) kami engga tahu loh, ujug-ujug mau kumpul, mau ada pasien Covid, harusnya warga perlu ada semacam sosialisasi dan edukasi terkait hal ini ya,” ujar salah seorang warga RW 6 Kelurahan Dago yang ikut aksi.
Mayoritas warga pun menentang akan dijadikannya Hotel The Silk menjadi rumah singgah bagi pasien Covid-19. (mg1)