Studio Hilir Kembangkan Desain Arsitektur dengan Menggabungkan Konsep Kontemporer dan Budaya Lokal

BANDUNG – Konsep kontemporer dalam bidang arsitektur menjadi sebuah tren yang diminati saat ini. Konsep ini umumnya mengacu pada tema modern dengan gaya rancang bangunan yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan teknologi.

Namun jika melihat dari proses pengerjaannya, konsep ini sangatlah dinamis dan bahkan dapat dipadukan dengan berbagai unsur kebudayaan lokal atau tradisional. Hal ini yang berusaha dikembangkan oleh sebuah konsultan arsitektur asal Bandung yaitu Studio Hilir.

Studio Hilir didirikan oleh seorang pemuda bernama Hilmi Muhammad Irfani dengan tujuan menawarkan rancangan arsitektur yang terjangkau dan unik.

Hilmi menuturkan tentang konsep yang diusung Studio Hilir saat ditemui oleh jabarekspres.com. pada Rabu, (17/02).

“Setiap konsultan punya konsep dan karakternya masing-masing. Studio Hilir sendiri lebih menekankan konsep kontemporer dengan desain yang minimalis dan clean. Konsep ini menyesuaikan dengan gaya hidup masa kini yang modern. Namun Studio Hilir selalu berusaha menawarkan karakter yang berbeda dalam hal identitas,”tutur Hilmi.

Sarjana Arsitektur dari Universitas Komputer Indonesia ini menjelaskan tentang identitas yang menjadi ciri khas dari Studio Hilir.

“Identitasnya itu melalui pendekatan dalam membuat skala ruang, pengaruh bukaan terhadap kenyamanan ruang, pengaruh element of architecture yang membuat ruang memiliki karakternya masing-masing,”ujar Hilmi.

Kemudian, ia mengungkapkan bagaimana penerapan konsep kontemporer yang dipadukan dengan budaya lokal.

“Pengembangan konsep kontemporer dengan budaya lokal itu dilakukan dengan pendekatan yang mendasar terhadap hal-hal kecil seperti hiasan atau dekorasi. Kalau dalam bentuk bangunan biasanya menyesuaikan dengan bangunan adat, mungkin hal itu juga datang dari klien yang cukup ekstrem kecintaannya terhadap budaya,”tutur Hilmi.

Selanjutnya, Hilmi membeberkan kesulitan yang dialami dalam menggabungkan unsur kontemporer dan budaya lokal.

“Kesulitannya itu saat merepresentasikan kearifan lokal dengan perilaku manusia sekarang. Terkadang budaya itu bisa jadi membanggakan, tapi jika tidak diaplikasikan dengan sungguh-sungguh bisa jadi hal yang sensitif. Dalam artian proses pengerjaannya harus dilakukan secara hati-hati dan tidak mengakibatkan kesalahan yang tidak ditolerir,”beber Hilmi.

Konsep ini diakui Hilmi sangat jarang ditemukan dan bisa menjadi sebuah peluang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan