BANDUNG – Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, Dadang Iriana mengatakan, pihaknya turut menyiapkan langkah antisipatif untuk menghadapi ancaman bencana sesar Lembang.
Menurutnya, selama dua tahun terakhir, Diskar PB sudah melakukan edukasi, sosialisasi, dan simulasi. Kegiatan tersebut dilakukan melalui berbagai pihak.
“Karena tahun ini ada Covid-19, tahun kemarin itu tidak ada kegiatan apapun, dua tahun terakhir sudah kami lakukan ada beberapa kecamatan di Bandung Utara. Sudah dilakukan sosialisasi, kita kumpulkan Ketua RW, tokoh masyarakat, kemudian LPM, kemudian Karang Taruna, semua kita kumpulkan bahwa sesar lembang kondisinya seperti itu,” ungkapnya di Kantor Diskar PB Kota Bandung, Senin (15/2).
“Ini ancaman bagi Kota Bandung mengenai sesar Lembang yang panjangnya sampai 17 KM ini kita antisipasi,” sambungnya.
Dalam melakukan upaya antisipatif, kata Dadang, pihaknya juga melakukan diskusi dengan ahli. “Dan kami juga mengundang narasumber dari BMKG dari ITB, kami juga undang BPBD Provinsi Jabar dan juga dari ahli-ahli. Bagaimana tindakan kita dan sikap kita seperti apa kalau terjadi bencana seperti itu (Sesar Lembang),” jelasnya.
Ia berharap, dengan diberikannya edukasi mengenai kesiapsiagaan bencana, warga kota Bandung memiliki pemahaman terkait hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi bencana.
“Yang menjadi masalah ini, kalau orang Sunda biasanya bilang ‘ah kalau itu mah takdir kumaha’ (terserah) Allah, dijelaskan seperti apapun ‘yah kumaha engke’ (lihat nanti saja) hal-hal seperti itu kami tepis, mudah-mudahan bisa paham warga Kota Bandung,” bebernya.
Dadang menuturkan, sejauh ini Diskar PB hanya bisa melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Kami hanya bisa mengingatkan kepada Warga Kota Bandung yang beberapa tahun lalu sudah kami lakukan dengan anggaran yang sangat terbatas kami lakukan sosialisasi,” tuturnya.
Ia mengaku kesulitan terkait pemetaan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari upaya-upaya mitigasi bencana yang selama ini ditempuhnya.
“Kalau untuk pemetaan itu sendiri kami juga sulit harusnya itu ada kajian pemetaan mengenai dampak itu sendiri jadi kami tidak punya kalau seperti itu harus seperti apa. Ini kan ada di Bapelitbang ada kajian pemetaan seperti itu, kami bisa lakukan antisipasi,” jelasnya.