BANDUNG – Sereh wangi dan jahe merah menjadi komoditas yang sudah disiapkan untuk melaksanakan program Petani Milenial di Jawa Barat.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Dr. Mochamad Arief Soleh menilai, kedua komoditas tersebut cocok untuk digunakan sebagai budidaya petani milenial karena memiliki prinsip secara teori dan praktik relatif mudah.
“Saya lihat data di Departemen Pertanian ternyata di Jabar ini bukan yang utama produksi sereh dan jahe tapi tetap bisa menghasilkan 30 persen produksi nasional, artinya lumayan besar.
Kalau prinsip budidaya sebenarnya tanaman-tanaman yang di panen dibawah tanah itu relatif mudah ditanam atau relatif tahan terhadap serangan-serangga karena hasil panennya itu disimpan dalam tanah,” kata Arief kepada Jabar Ekspres, Minggu, (14/2)
Dia menjelaskan, perlakuan secara teknis dengan cara pengolahan tanah melalui proses bajak dan cangkul agar sirkulasi udara tanah bagus dan menjadikannya gembur dan pemberian pupuk.
“Kalau ditanya relatif mudah atau tidak tentu saja ini sangat mudah. Petani-petani milenial itu kalo menanam jahe rimpang-rimpangan itu mudah sekali kuncinya asal si tanahnya baik dan tidak tergenangi air. Kalo tergenangi air itu mengundang penyakit dan busuk,” ujarnya.
Arief mengatakan, dua komoditas ini harus ditanam di ketinggian medium hingga rendah. Medium berkisar 850 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan dataran rendah di bawah 100 mdpl.
Oleh karena itu, ia menyarankan, ketika memilih kandidat lahan harus yang memiliki dataran medium ke bawah.
“Walaupun secara teori sih bisa di atas 800 mdpl, cuman tidak seoptimal atau sebaik pertumbuhannya di dataran medium ke bawah. Karena jahe dan sereh ini menghendaki suhu yang lebih panas sekitar 18-25 derajat bahkan jahe bisa sampe 30,” tambahnya.
Arief pun menjelaskan, para calon petani milenial perlu mengetahui sarana produksi pertanian (saprotan) dari mulai bibit, penggunaan pupuk, pemilihan lahan, sistem irigasi, hingga perawatan.
Untuk lahan, kata dia, jangan menggunakan lahan seadanya. Maksudnya lahan yang keras dan tidak diolah dan langsung ditanami.
“Tanah harus diolah hingga gembur, setelah diolah dibentuk bedengan. Fungsinya itu akan menghindari genangan air ketika hujan. Kalau hujan dan sistem irigasinya tidak bagus itu bisa gagal panen,” kata Arief.