BANDUNG – Menjaga kesehatan merupakan salah satu langkah penting dalam cuaca pancaroba saat ini, terlebih kondisi pandemi yang sedang terjadi, salah satu upaya menjaga kesehatan salah satunya adalah dengan meminum ramuan herbal atau yang sering di sebut Jamu.
Bagi Anda yang ingin berburu rempah Indonesia guna menjaga kesehatan di Bandung ada tempat yang menjual rempah dan ramuan jamu yang sudah berdiri sejak tahun 1800-an.
Toko Jamu tersebut adalah Toko Jamu Babah Kuya yang berdiri sejak tahun 1860. Toko Jamu ini telah dikenal sampai ke mancanegara toko ini menyediakan beraneka ragam herbal secara komplit, ada juga herbal yang tergolong langka dan hampir punah juga terdapat herbal yang merupakan penemuan baru contohnya adalah daun cikolot, daun murbei, jamur kayu, red Papua, kulabet, antanan, antehai, cabai Jawa, sambiloto, cecenet dan cabai merah.
Beberapa konsumen mengaku sudah lama mengkonsumsi rempah dan ramuan jamu di toko ini untuk upaya menjaga kesehatan, contohnya adalah Iwan, 40, salah satu pelanggan yang telah bertahun-tahun membeli jamu dari toko ini.
“Saya pikir itu kan herbal jadi aman untuk dikonsumsi setiap hari, untuk obat lain kan katanya ada efek samping kimia kata orang ya dan kebetulan istri saya sih. Sudah 2 tahun mengkonsumsi obat herbal dari toko ini, selain itu juga harganya lebih terjangkau ya di pakenyapun jangka lama, dan selama istri saya meminum itu pun sudah terasa khasiatnya,” jelasnya saat di wawancara pada jum’at siang di Toko Jamu Babah Kuya (12/02/2021).
Walau menjual rempah dan jamu bukan berarti Toko Jamu Babah Kuya lari dari ilmu pengetahuan tentang obat-obatan sang pemilik toko memiliki referensi dari buku rempah-rempah yang berasal dari berbagai negara dari mulai Belanda Korea hingga Cina karena dari itu obat herbal yang dijajakan di toko Babah kuya sudah tercantum dalam buku referensi yang menerangkan khasiatnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Iwan Setiadi, 60, sang pemilik toko. “Saya sekolah sampai ke negeri Belanda, bahkan semua bahan jamu yang menemukan adalah orang Belanda yang masuk hutan diambil daunnya diperiksa berhasiat atau tidak, kalau berhasiat dia tulis dalam buku, di sana ada perpustakaan semua yang ada di Indonesia di sana ada bukunya tebal, semua hasil riset juga saya baca-baca,” ucapnya.