BANDUNG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) terus fokus memperingati sejumlah daerah rawan bencana dalam menghadapi cuaca ekstrim kepada warga.
Diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut perubahan iklim secara global telah mengakibatkan cuaca ekstrem di Indonesia. Seperti munculnya El Nino dan La Nina.
Sebanyak 500 desa di Jawa Barat masuk kategori potensi mengalami bencana hidrometeorologis tinggi atau kawasan dengan kerawanan tinggi bencana yang dipicu air.
“Semuanya ada tersebar dihampir seluruh kota kabupaten. Paling banyak di Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Bogor, karena disesuaikan dengan jumlah wilayah kecamatan dan desanya, paling banyak di sana,” ujar Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdani, Kamis (4/2).
Bagian timur Jabar, katanya, yang paling rawan adalah di Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu.
Sedangkan di bagian utara adalah Kabupaten Subang, Karawang, dan Bekasi.
“Desa dengan potensi tinggi bencana itu dari 5.000-an desa di Jabar, ada 500-an yang masuk kategori rawan bencana tinggi,” ujar Dani.
Untuk mengantisipasi dampak bencana tersebut, BPBD Jabar pun bergerak untuk membuat desa tangguh bencana.
Hingga akhir Januari, sedikitnya 250 desa telah dibekali konsep dan peralatan untuk menghadapi bencana.
“Kita bangun baru 250-an desa tangguh bencana, setengahnya. Kita buat percepatan untuk 250 desa yang lain dengan program fast track, kalau standar Destana BNPB itu ada 16 indikator, nah untuk kondisi saat ini minimal ada tiga indikator dulu, ada satgas, ada peralatan yang stand by dan anggaran yang tersedia. Dengan itu ada indikator yang keempat yaitu indikator pelatihan bagi masyarakat paling tidak tokoh dan relawan pemuda,” katanya.
“Berdasarkan informasi dari BMKG di daerah itu berpotensi terjadi hujan yang cukup tinggi hingga 6 Februari nanti. Oleh sebab itu, kami sudah mengirim surat agar daerah itu siaga, mengantisipasi bencana hidrometeorologi,” kata Dani.
BPBD Jabar secara makro tidak mengeluarkan travel warning kepada masyarakat dalam menghadapi potensi bencana. Menurut Dani, pihaknya hanya mengirim peringatan terfokus ke daerah dengan risiko bencana tinggi.