BANDUNG – Warga RT 01- 03 Kelurahan Dago Kecamatan Coblong melakukan aksi penolakan tempat singgah pasien positif Covid-19 di Hotel Silk Dago pada Kamis (28/1) sore. Penolakan tersebut buntut dari tidak adanya sosialiasi dari aparat pemerintah setempat.
“Ada rencana ini (rumah singgah) kami engga tau loh, ujug-ujug mau kumpul, mau ada pasien Covid, harusnya warga perlu ada semacam sosialisasi dan edukasi terkait hal ini ya,” ujar Andri Lukyta Iyas, warga RW 6 Kelurahan Dago, kepada Jabar Ekspres.
Pria berusia 42 tahun tersebut menyebut bahwa sama sekali tidak ada pemberitahuan kepada warga terkait dengah diubahnya Hotel The Silk menjadi tempat singgah bagi pasien positif Covid. Selain itu, masalah jarak yang luar biasa dekat dengan rumah warga juga menjadi persoalan.
“Dari pihak hotel tidak ada, dari Camat, dari Kelurahan, Satgas atau apapun itulah tidak ada pemberitahuan, dan juga karena jaraknya ini rapat sekali antara hotel dengan rumah warga, jadi saya pikir harus adalah itu semacam edukasi ataupun sosialiasi,” ujar Andri.
Ia pun menyebut bahwa mayoritas warga menentang akan dijadikannya Hotel The Silk menjadi rumah singgah bagi pasien Covid-19.
“Atas nama banyak orang di warga , betul kami otomatis menentang hal itu, karena kami takut,”ucap Andri.
Terpisah, Camat Coblong, Krinda Hamidipraja, menyebut bahwa akan ada dilakukan sosialiasi dengan para warga melalui Ketua RT dan RW setempat sebagai perpanjangan tangan pemerintah.
“Kami akan memberikan kepada warga edukasi dan pemberitahuan, tapi tadi dari pihak RT meminta waktu terlebih dahulu untuk mengukur dan mencari cara penyampaian yang sesuai agar warga bisa menerima,” ujar Krinda ketika memberikan keterangan kepada Jabar Ekpsres.
Ia pun menyebut bahwa tindakan diubahnya Hotel The Silk menjadi rumah singgah adalah atas dasar kemanusiaan.
“Banyak warga yang menengah ke bawah itu tempat karantinanya tidak layak huni, jadi kami mencoba untuk membantu mereka agar bisa melakukan isolasi di tempat yang nyaman supaya cepat terbebas dari Covid-19,”jelasnya. (Mg5)