BANDUNG – Sebelumnya kenaikan harga daging sapi impor dari Australia sejak Desember lalu cukup membuat para pedagang sapi yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) termasuk wilayah Jawa Barat menjerit karena harga daging yang alami kenaikan tajam.
Saat ini hingga per data nasional oleh informasi Harga Pangan Strategis mencatat, rata-rata nasional harga daging sapi di pasar tradisional naik dari Rp 118.400 per kg pada awal Desember 2020 menjadi Rp 119.200 per kg.
Sementara itu, semakin melonjaknya harga daging di pasaran saat ini memiliki pengaruh bagi kegiatan pemotongan hewan di Rumah Potong Hewan – Meat Business Center (RPH-MBC) Kecamatan Baleendah. (25/01/2021)
Lokasi RPH milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung tersebut dalam situasi normal biasanya sekitar 22-25 ekor sapi tiap harinya yang di potong namun sejak awal tahun menjadi rata-rata sekitar 19 ekor perharinya.
“Di RPH kegiatan memotong sapi masih di lakukan seperti biasa namun pengaruhnya ada yakni mengalami penurunan sejak 1 januari lalu yang mana tiap harinya menjadi 19 ekor sapi saja dan ini terjadi sejak dampak kondisi harga sapi yang semakin melonjak tajam di tingkat globalnya,” ujar Kepala UPTD RPH Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Cecep Hendrayadi.
Harga sapi Bx atau Australia berkisar berat hidup antara Rp 48.000 hingga mencapai Rp 51.000 per kilogram sementara tulang sapinya berharga sekitar Rp. 93.000 mencapai Rp 95.000 perkilonya.
“Sapi impor sangat mahal, jadi banyak pedagang yang beralih ke sapi lokal atau jawa yakni sekitar Rp 45.500 dan tulang sapi Rp 91.000/kg,” tambahnya.
Meski adanya kenaikan harga daging sapi yang mendramatis pihanya mengaku tidak pernah mendapat surat tembusan prihal demo pihak APDI seluruh indonesia (APDISI) baik kabupaten maupun kota Bandung.
“Sekarang situasi masih terus kondusif kecuali jika harga daging sudah tidak bisa terkendali biasanya Desperindag akan ambil daging Frozen ke bulog yang akan didistribusikan ke tiap pasar demi menstabilkan harga,” ujar Cecep akhirnya. (Mg6/wan)