JAKARTA – Menteri Keuangan pada Kabinet Pembangunan VII, Fuad Bawazier menilai para pejabat ekonomi di masa kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini hanya pandai jualan statement.
Hal terkait dengan prediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 5 persen di tahun 2021 ini. Menurut Fuaz Bawazier, target pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19 saat ini hanya janji-janji semata, seperti dilansir dari jpnn.
Kinerja ekonomi sendiri tidak pernah disampaikan secara benar. “Masalahnya banyak pejabat ekonomi yang jualannya itu cuma statement – statement saja. Misalnya prediksi-prediksi orang asing yang punya kepentingan atau interest tertentu. Itu yang dicekoki ke masyarakat, tapi kinerja sendiri tidak pernah (dipublikasikan, red),” tuturnya di YouTube Fadli Zon Official. Pemerintah juga selalu mengatakan situasi saat ini lebih baik, selalu berhati-hati.
Menurutnya, propaganda usang ini sudah dipakai sejak era Orde Baru dan sudah tak layak lagi dipakai. “Umumnya pemerintah itu mengatakan kami lebih baik dibanding ini. Selalu berpropaganda, selalu ngomong baik-baik saja, kami prudent, kami hati-hati, kami terukur, selalu baik-baik saja omongnya.”
“Ini susunan kata yang dipakai sejak Orba dan sudah tidak pas lagi dipakai di zaman ini. Jadi ini seolah-olah enggak ada masalah kayaknya. Padahal riilnya kan enggak seperti itu,” tegas Fuad.
Padahal, kata pria kelahiran Tegal 22 Agustus 1949 itu, dari sisi ekonomi, ancaman cukup banyak, lanjutnya. Sejak tahun kemarin pajak mungkin sudah mengalami kontraksi, pendapatan negara goyang sampai 19%. Sementara belanja negara naik hampir 15%, sehingga gapnya semakin meluas.
“Ketika pemasukan kecil, pengeluaran lebih besar pasak dari tiang, rumah tangga pun kalau terus-terusan begitu ya bisa ambruk. Cuma ini untungnya kan negara,” katanya.
Hanya kalau gapnya terus-terusan seperti ini tentu akan mengkhawatirkan bagi mereka yang akan berinvestasi ke Indonesia.
Menurut Fuad, sebagian besar krisis ekonomi di dunia ini karena gagal bayar utang. “Kita rasionya sudah meninggi, tetapi pemerintah bisa berargumentasi rasionya belum 60 persen.”
“Masalahnya bukan soal rasionya. Ada yang rasionya 100 persen juga enggak apa-apa asalkan bisa bayar.” tegasnya. (esy/jpnn)