Kapten Vincent Berikan Analisis Terkait Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ182, Ini Penjelasannya

JAKARTA – Kapten Pilot Vincent Raditya memberikan analisisnya terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu (9/1), dia menilai bukan disebabkan karena armada yang sudah berumur atau tua.

Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan pesawat jatuh. “Mohon maaf, bukan maunya mendahului Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan membela Sriwijaya Air, tetapi persepsi bahwa pesawat tua lebih mudah jatuh harus diubah,” kata Kapten Vincent dalam kanal YouTube pribadinya dilansir dari JPNN.

Dia menambahkan, track record Sriwijaya Air bisa dilihat dari tahun-tahun lalu. Sriwijaya selalu menggunakan pesawat mulai dari A737 klasik, A737 Engine. Sekian lama belum ada kejadian meski bukan pesawat baru.

Malah, tidak sedikit juga pesawat yang walaupun baru tetapi jatuh. Jadi, kata pilot Batik Air sejak 2014 sampai sekarang, tidak bisa memasalahkan berdasarkan dari umur pesawat.

Sebab, sambung dia, terjadinya suatu kecelakaan bukan umur pesawat yang dilihat tetapi banyak faktor. “Yang jelas saya tidak akan mendahului pihak KNKT. Saya pernah kok menerbangkan pesawat yang sudah tua,” katanya.

“Intinya pesawat itu sudah ada jadwalnya kapan harus dicek. Umur bukan suatu determinasi pesawat itu jelek,” tegas pilot yang pernah menerbangkan pesawat Citilink sejak 2012-2014.

Dia menjelaskan, pesawat dianggap tua ketika sudah memasuki 50 ribu jam ke atas. Pesawat tahun 1930, 1940, kalau memang dirawat dengan baik masih bisa digunakan. Tetapi yang menjadi masalah adalah cost untuk memperbaiki pesawat.

Makin lama pesawat itu inservice, kian banyak jam terbang, otomatis lebih banyak pengecekan yang harus dilakukan. Airlane pun kata pilot yang juga YouTuber ini, semakin berpikir ketika mereka harus replace berkali-kali sendiri, tiba di satu titik mereka harus keluarkan uang terlalu besar. Jadi mereka pun memutuskan tidak layak lagi mempertahankan pesawat ini. Airlane akan memilih mengganti armadanya.

“Jadi secara finansial mereka sudah menganggap ini tidak worthed lagi untuk dipertahankan lebih baik diganti pesawat baru,” ujarnya.

Pada umumnya pesawat itu menghentikan service ketika cost-nya sudah terlalu tinggi. Pesawat makin baru kian efisien. Namun, bukan berarti pesawat baru tidak akan jatuh dan pasti bagus. “Ini tidak bisa jadi indikator pesawat baru aman, pesawat bekas pasti ada apa-apa,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan