BANDUNG – Mempunyai anak laki-laki merupakan salah satu anugerah dalam sebuah keluarga. Anak laki-laki yang dilahirkan dan dibesarkan diharapkan akan menjadi pelindung untuk keluarga. Dalam Islam ada sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh laki-laki, yaitu dikhitan. Dari segi medis, khitan juga dilakukan untuk terhindar dari berbagai macam penyakit kelamin.
Manajer MAI Region VI (Perwakilan Jawa Barat) R. Widad Mu’tashim menyampaikan, bahwa program khitanan massal ini rutin diadakan sejak 2014 silam.
Hal ini kata dia, sebagai bentuk kepedulian MAI Foundation terhadap anak yatim dan duafa dalam melaksanakan kewajiban khitan.
“MAI Foundation ini merupakan lembaga zakat, infak, sedekah serta wakaf (Ziswaf) yang berada di lingkungan Bank Mandiri,” ujar R. Widad-sapaan akrabnya-R. Widad Mu’tashim, di sela-sela acara Khitanan Nasional MAI Foundation Region VI (Perwakilan Jawa Barat) di Klinik Sehat Margasari Bandung, Sabtu (9/1/2021). Diketahui, MAI Foundation telah melakukan kegiatan khitanan massal di beberapa titik di Indonesia, dengan total yang dikhitan sebanyak 1.300 anak.
“Sedangkan di Bandung hari ini Insyaallah ada 50 anak yang dikhitan,” sebutnya.
Sementara itu, Tim Medis Khitan MAI Foundation Region VI dr. Milda menambahkan, kondisi pandemi Covid-19 saat ini mengharuskan pihaknya melakukan khitan dengan prosedural new normal atau protokol kesehatan secara ketat. Seluruh tim medis kata dia, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk menghindari kerumunan.
“Alhamdulillah Tim MAI telah mengondisikan untuk membatasi orang- orang yang akan memasuki wilayah klinik. Yang diperbolehkan masuk hanyalah 2 orang yakni peserta dan pendamping. Sebelum memasuki area klinik, peserta dan pendamping dianjurkan untuk taat pada protokol kesehatan yakni harus memakai masker, cek suhu, cuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan hand sanitizer,” bebernya.
Dalam proses khitan di masa new normal seluruh peserta maupun pendamping, sebelum memasuki area khitan telah dilakukan rapid test terlebih dahulu yang disediakan oleh MAI. Dan bagi yang hasilnya reaktif diminta untuk isolasi mandiri selama 14 hari.