BANDUNG – Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung Sopyan Hernadi mengatakan, perlu adanya prioritas terkait permasalahan sampah khususnya di Kota Bandung. Pasalnya, saat ini ia tak bisa mengklaim bahwa Bandung sudah dikategorikan bersih.
“Saya tidak bisa mengklaim Bandung bersih, karena memang kita akui di beberapa titik masih ada beberapa sampah,” ujarnya saat ditemui di Kantor DLHK Kota Bandung, Kamis (7/1).
Sopyan menuturkan, permasalahan sampah yang terjadi tidak bisa ditentukan hanya dari satu indikator seperti kurangnya kesadaran masyarakat. Terdapat beberapa aspek lainnya yang berperan serta dalam menanggulangi sampah.
“Saya sebenarnya agak risih kalau mengatakan selalu alasan pengolahan sampah tidak baik karena kesadaran masyarakat kurang, menurut saya itu mah selalu menyalahkan. Karena pasti ada keterkaitan semuanya,” tuturnya.
“Dalam pengolahan sampah kita mengenal ada lima aspek. Kelembagaan, teknis operasional, aspek pembiayaan, regulasi, dan partisipasi masyarakat. Kesadaran mereka kurang, karena tidak mampu. Kalau pembiayaan kita belum sampai, wajar ada gep ada miss mengenai kesadaran masyarakat,” papar Sopyan.
Menurutnya, keberadaan program Kang Pisman yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Bandung sejak dua tahun lalu pada dasarnya berpegang pada prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). Prinsip ini lah yang berkaitan erat dengan pola pikir serta kebiasaan masyarakat dalam mengolah sampah.
“Untuk melakukan 3R perlu upaya lebih. Untuk merubah pola pikir masyarakat tidka mudah, perlu pembelajaran,” ujarnya.
Dia menambahkan, untuk merubah pola pikir masyarakat memerlukan waktu yang tidak instan.
”Merubah masyarakat perlu satu atau dua generasi, karena (kebiasaan tidak mengolah sampah) ini sudah turun temurun. Kadang selalu ingin instan, mungkin nanti dinikmatinya satu generasi mungkin. Yang harus dilihat itu proses,” tambahnya.
Sopyan berasumsi, dari 100 persen sampah yang dihasilkan, 80 persen sampah dibuang ke TPA, dua persen sampah tidak tertangani, dan 18 persen sisanya sudah dapat dikelola.
“1.628 ton, yang diangkut ke TPA 1300 hitungannya sekitar 80 persen. Sampah tidak tertangani berdasarkan kajian sekitar 1.5-2 persen itu sampah yang masih tersimpan di TPS, atau di selokan dan sungai. 18 persen masuk di ranah pengurangan,” ungkapnya.