Harga kedelai impor melonjak dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 9.200 per kilogram. Kenaikan harga ini tentu sangat mempengaruhi para produsen tempe dan tahu yang membutuhkan bahan baku kedelai untuk produksinya.
Menghadapi situasi ini, Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen untuk meningkatkan produksi kedelai lokal.
Dilansir dari situs JPNN, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyatakan, pihaknya akan terus mendorong petani untuk melakukan budi daya. “Program aksi nyatanya kami susun dan yang terpenting hingga implementasinya di lapangan,” kata SYL usai Rapat Koordinasi dan MoU pengembangan serta pembelian kedelai nasional di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta, Senin (4/1).
Menurutnya, problem kedelai yang terjadi saat ini merupakan masalah global. Iapun menjelaskan, kondisi ini mempengaruhi harga kedelai secara global dan berdampak juga di Indonesia. “Tidak hanya di Indonesia ada kontraksi seperti ini, di Argentina misalnya juga terjadi polemik-polemik terkait produksi kedelai,” paparnya seperti dikutip dari situs JPNN.
Berdasarkan penuturan SYL, Kementan akan fokus melipatgandakan produksi atau ketersediaan kedelai dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri harus bisa bersaing baik kualitas maupun harganya melalui perluasan areal tanam dan mengenergikan para integrator, unit-unit kerja Kementan dan pemerintah daerah.
“Hari ini kami sudah bertemu dengan jajaran Kementan dan juga melibatkan integrator dan juga unit-unit kerja lain dari kementerian dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan kedelai nasional kita lebih cepat,” jelasnya. Tentu dengan langkah cepat dari Kementan bersama berbagai integrator dan pengembang kedelai yang ada, kekuatan dilipatgandakan.
“Kami bergerak cepat sehingga produksi kedelai dalam negeri meningkat,” imbuh SYL. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menambahkan, faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga kedelai impor yakni ongkos angkut yang juga mengalami kenaikan. Waktu transportasi impor kedelai dari negara asal yang semula ditempuh selama 3 minggu menjadi lebih lama yaitu 6-9 minggu. Suwandi menjelaskan dampak pandemi Covid-19 menyebabkan pasar global kedelai saat ini mengalami guncangan akibat tingginya ketergantungan impor.
Peluang ini dimanfaatkan Kementan untuk meningkatkan pasar kedelai lokal dan produksi dalam negeri. “Kami melakukan MoU antara Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) dengan Gabungan Kelompok Tani dengan investor dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk meningkatkan kemitraan produksi dan memaksimalkan pemasaran serta penyerapan kedelai lokal milik petani,” tuturnya.