Ronaldo Lebih Suka Nonton Tinju daripada Sepakbola

TURIN – Tak bisa dipungkiri, Cristiano Ronaldo adalah atlet sepakbola fenomenal. Namun, dia mengaku justru sangat menyukai dan menikmati tontonan tinju dan UFC daripada sepakbola.

Dalam sebuah sesi dokumenter dengan DAZN bertajuk ‘Parallel Worlds’, pemain Portugal itu mengungkapkan kecintaannya akan olahraga keras dan adu fisik tersebut. Eks penyerang Real Madrid itu bahkan mengaku berlatih tinju, dan mendapatkan manfaat dari mempelajarinya.

“Main sepakbola adalah passion saya, (namun kalau bicara soal menonton acara olahraga) saya lebih memilih jenis olahraga lain. Ketimbang menonton pertandingan bola, saya lebih memilih tinju atau UFC,” kata Cristiano Ronaldo dalam ‘Parallel Worlds’, yang dikutip FIN, Selasa (15/12).

“Ketika saya masih di Manchester United, salah seorang pelatih di sana biasa berlatih tanding dengan saya. Menurut saya, ada manfaatnya tersendiri dalam berlatih tinju. (Skill yang saya dapat dari tinju) dapat digunakan untuk sepakbola. Karena tinju mempertajam indera dan bagaimana tubuh kita bergerak,” sambungnya.

Terkait hal itu, petinju Gennady Golovkin, yang juga terlibat dalam acara dokumenter tersebut, mengatakan respon tubuh adalah yang terutama bagi seorang atlet. Tidak peduli apakah pesepakbola atau seorang petinju. Bagaimana tubuh olahragawan merespon terhadap perubahan pada atmosfer di sekitarnya, adalah salah satu kunci sukses dari profesi ini.

“Atlet yang terhebat adalah atlet yang mampu mengantisipasi apa yang akan terjadi berikutnya. Inilah persis apa yang terjadi saat berlaga di atas ring. Inipun alasannya mengapa dalam pertandingan sepakbola, (para pemain lawan) mengejar Cristiano Ronaldo, untuk mematikan langkahnya,” timpal Golovkin.

Kembali ke Cristiano, dalam salah satu segmen dokumenter itu, juga diungkap tentang masa-masa sulit kapten Timnas Portugal itu. Meninggalkan keluarga di kampung halaman, adalah kenangan pahit yang tidak akan pernah dilupakan, pemain yang kini penyerang Juventus itu.

“Saya lahir di pulau Madeira, dan waktu saya berusia 11 tahun. Sporting CP menyatakan ketertarikan mereka merekrut saya pada kedua orangtua saya. Namun saya harus meninggalkan mereka dan pindah ke Lisbon. Ini masa terkelam saya, (karena usai kepindahan) ayah saya meninggal dunia,’ kenangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan