Program ‘Buruan Sae’ Bisa Jadi Alternatif Antisipasi Krisis Pangan

BANDUNG – Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengungkapkan, Kota Bandung menjadi salah satu daerah yang rentan terkena krisis pangan. Sebab, Kota Bandung bukan sebagai produsesen padi dan sangat tergantung kepada pasokan dari luar.

’’Jadi  kalo untuk bicara krisis itu Kota Bandung memang sangat rentan,” ungkapnya kepada Jabar Ekspres saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (15/12).

Dia mengatakan, berbagai upaya dilakukan salah satunya membangun ketahanan pangan keluarga. Hal ini dilakukan karena Kota Bandung sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produksi pangan dalam sekala besar.

’’Makanya bagaimana kita Kota Bandung membangun ketahanan pangan melalui pendekatan keluarga,” ujarnya.

Gin Gin menuturkan,sejauh ini Kota Bandung masih di pasok di antaranya beras, daging sapi, daging ayam, telor, kemudian ikan, buah buahan dan sayuran.

Hampir 96% datang dari luar kota. Baik dari wilayah Jawa Barat seperti Ciamis, Sukabumi, Cianjur dan beberapa daerah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Selama ini kan yang membutuhkan tidak hanya Kota Bandung, daerah lain pun sangat membutuhkan. Jadi terbayangkan sama-sama bersaing untuk memperoleh itu, karena selama tidak punya kemampuan untuk menghasilkan sendiri, itu menjadi kendala kedepan yang harus di antisipasi Kota Bandung,” jelasnya.

Kendati masih bergantung pada daerah luar ketersediaan pangan di Kota Bandung masih terkendali dengan cadangan pangan untuk paling tidak seperti hari ini 5 bulan kedepan.

Gin Gin Menambahkan, saat ini Pemkot di setiap kelurahan harus mengembangkan program bagaimana rumah tangga itu mampu untuk menyediakan pangannya sendiri melalui memanfaatan pekarangan.

’’Nama programnya ‘Buruan Sae’ dan ini terus didorong sampai ke tingkat RW atau bahkan sampai setingkat rumah tangga, dan sudah terdapat 151 buruan sae,’’pungkas Gin Gin.(ayu/yan).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan