Menurut Pak Tong, mesin hitung itu pernah dipakai di Venezuela. Dipakai oleh Hugo Chavez, almarhum. Agar penguasa diktator itu menang lagi. Diceritakan dengan detail bagaimana mesin itu sudah diatur agar nama ”Trump” terbaca sebagai ”Biden”. Sampai Biden menang.
Ceramah itu begitu meyakinkan ribuan orang yang hadir. Begitu rinci. Seolah ada fakta di tangannya. Itu yang saya benar-benar tidak tahu. Sepengetahuan saya malam itu Trump memang masih menang. Keesokan harinya Biden memang menyalip.
Tapi bukan karena mesin-hitung. Itu hanya semata-mata yang dihitung lebih dulu adalah suara hasil pencoblosan langsung di TPS. Pendukung Trump umumnya memang datang sendiri ke TPS. Mereka tidak takut Covid-19. Mereka taat pada anjuran Trump. Agar berbondong-bondong langsung ke TPS. Sambil mengawasi pelaksanaan Pemilu. Agar tidak dicurangi.
Suara di TPS itulah yang diprioritaskan dihitung lebih dulu. Maka untuk sementara Trump pun bisa menang. Setelah itu perhitungan suara dilanjutkan ke yang dikirim lewat pos. Mereka umumnya pendukung Biden. Yang sadar bahaya Covid-19. Yang mereka memilih mencoblos suara lewat pos.
Pak Tong termasuk yang percaya bahwa pokoknya Pemilu Amerika curang. Pokoknya lagi Trump itu hebat. Sebelum Trump, kata Pak Tong, Amerika itu sudah rusak. Sampai ada pendeta yang mengubah gereja menjadi tempat usaha pementasan tari yang tidak pakai celana. Itu agar sang pendeta bisa mendapat uang untuk melayani Tuhan.
Trump lah, kata beliau, yang bisa mengembalikan Amerika ke jalan Tuhan. Pak Tong juga menyebut bahwa Tiongkok yang dibilang maju itu sebenarnya tidak seperti itu. Ekonomi di Tiongkok lagi sangat sulit. Pabrik-pabrik tutup. Dan Xi Jinping begitu kejam menindas rakyatnya. Apalagi yang Kristen dan Islam.
“Masjid-masjid dihancurkan di Xinjiang. Ribuan. Ada yang paling besar dijadikan WC umum,” ujar Pak Tong.
Semua orang Kristen Indonesia mengenal pak Tong. Usianya sudah 80 tahun. Tapi kalau khotbah masih seperti 60 tahun. Jemaatnya ratusan ribu. Sampai 1,5 juta orang. Tidak hanya di Indonesia. Pak Tong sering berkhotbah di luar negeri. Termasuk di Amerika. Mungkin jaringan gerejanya yang luas itu yang memberikan Pak Tong inside information.