BANDUNG – SMP Negeri 59 Kota Bandung mempunyai cara tersendiri untuk menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19.
Kepala Sekolah SMPN 59 Bandung, Asep Ramdani mengungkapkan, pihaknya menggunakan dua metode pembelajaran selama pandemi covid-19, yakni Dalam Jaringan (Daring) dan Luar Jaringan (Luring).
“Untuk PJJ sendiri di SMPN 59 menggunakan dua model, daring, sedangkan untuk siswa yang tidak memiliki gawai itu kita laksanakan secara luring,” ujarnya dalam siaran YouTube Jabar Ekspres, Selasa (24/11).
Menurutnya, metode luring tetap digunakan untuk menanggulangi para siswa yang tidak memiliki fasilitas penunjang pembelajaran daring. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian.
“Untuk daring para guru memberikan tugas, bisa melalui whatsapp, bisa melalui google form, zoom meeting. Tapi untuk sebagian siswa yang terkendala tidak memiliki gawai, maka diberikan modul yang diberikan kepada siswa secara langsung di rumahnya,’’kata Asep.
Asep menuturkan, sebelum melakukan kedua metode itu, para guru melakukan pendataan agar diketahui siswa yang tidak memiliki gawai (gadget).
“Untuk kelas 8 dan 9, 100 persen punya gadget, hanya kelas 7 dari 140 siswa, 14 siswa tidak memiliki hp. Artinya untuk 14 siswa, sekolah mempunya kewajiban untuk memberikan pembelajaran,” ungkapnya.
“Kita putuskan kita laksanakan pembelajaran secara luring, dengan cara bapak ibu guru mata pelajaran membuat modulnya, membuat lembar kerjanya, kita berikan layanan secara luring,” tambahnya.
Asep menjelaskan, kegiatan pembelajaran luring ini dilakukan setiap satu minggu sekali. Namun tak jarang terdapat beberapa mata pelajaran yang juga mengharuskan para guru melakukan kunjungan lebih dari satu kali.
“Jadi di awal kita dampingi bapak ibu guru untuk menemui siswa-siswa yang terkendala dengan gawai itu. Minggu berikutnya kita kunjungi lagi, kita bawa hasil pekerjannya, dan kita berikan modul untuk pembelajaran pekan berikutnya,” jelasnya.
Lebih lanjut Asep menambahkan, SMPN 59 Bandung yang merupakan sekolah rintisan dibangun oleh Pemerintah Kota Bandung karena melihat jumlah output Sekolah Dasar (SD) yang ada khususnya yang ada di kecamatan Mandalajati tidak tertampung di sekolah negeri.
“Begitupula karena kebijakan zonasi, untuk dapat ke negeri itu jangkauannya cukup jauh. Akhirnya Pemkot Bandung mendirikan beberap sekolah rintisan,” tambahnya.