KAMPUNG Baru dan Solokan Jarak Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor kembali dikepung banjir, Sabtu (24/10) sore. Banjir setinggi pinggang orang dewasa itu menenggelamkan ratusan pemukiman warga dan ruang publik.
Ironisnya, banjir langganan itu tak pernah ada solusinya meski warga rajin membersihkan selokan.
Kadus 3 Desa Cipacing Entis Sutisna didampingi Ketua RW 13 Yayat Wahdiyat mengatakan warga sudah bosan dengan bencana banjir musiman itu. Bahkan sudah dikontrol oleh Bupati dan Wakil Bupati Sumedang pun tak pernah ada solusinya.
”Penyebab utama banjir karena pendangkalan sungai Cikeruh dan tidak adanya resapan air karena habis oleh bangunan. Janji Pemkab mau membuat danau retensi ternyata sampai saat ini tak kunjung berjalan,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan dan Sekda Sumedang Herman Suryatman terlihat marah ketika ada bangunan pabrik yang mengahalangi sungai Cipacing atau solokan jarak di RW 13 Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor.
Tak hanya itu Wabup dan Sekda pun meminta teras rumah milik warga di Dusun Solokan Jarak RW 13 segera dibongkar karena dibangun diatas bantaran selokan tersebut yang disinyalir menjadi penyebab banjir.
”Tolong ke dinas PUPR dan Satpol PP untuk dibongkar karena telah menyalahi aturan. Kurun waktu 1 minggu kalau tidak ada perubahan laporkan ke saya,” kata Wabup Erwan didampingi Sekda Herman.
Tak hanya teras bangunan rumah yang menutup jalan, gerbang PT Sandang Jaya Makmur Desa Sayang kecamatan Jatinangor pun disinyalir menjadi penghambat air dari solokan jarak ke sungai Cikeruh. Sehingga, air balik lagi ke pemukiman warga karena terhalang tembok bangunan.
”Terlepas apakah menjadi penyebab banjir atau tidak, bangunan yang dibangun diatas bantaran sungai itu menyalahi aturan,” tegas Erwan.
Menurut informasi, pihak Pemkab sudah menyurati pihak yang memiliki lahan kosong untuk dijadikan danau retensi dan pintu pengatur air di anak sungai Cikeruh. Namun, sudah masuk musim penghujan, tidak pernah ada tindak lanjut diduga terkendala Covid-19. (imn)