Tapi rasanya Trump tidak senaif itu. Ia seorang petarung yang punya filsafat “membalas satu pukulan dengan 100 pukulan yang lebih berat”.
Itulah pula yang dikhawatirkan John Brennan, mantan Ketua Dinas Intelijen Amerika Serikat, CIA.
Brennan minggu ini akan meluncurkan sebuah buku. Sekarang pun sudah gempar: borok Trump akan diungkap lebih banyak di buku itu.
“Begitu kalah Trump akan melakukan provokasi kerusuhan,” ujar Brennan tentang kekalahan Trump nanti.
Setelah itu, kata Brennan, Trump akan memberlakukan negara dalam keadaan darurat. Itulah sebabnya Mahkamah Agung Federal akan memegang peran penting. Dan karena itu Trump ngotot menunjuk hakim agung baru yang pro-konservatif.
Brennan sebenarnya merasa agak telat menerbitkan bukunya ini. Itu karena ia sempat mengalami kesulitan untuk mendapatkan dokumen-dokumen CIA yang ia butuhkan. Yakni setelah ia disingkirkan dari CIA tuga tahun lalu. Empat tahun lamanya Brennan menduduki jabatan tertinggi CIA itu –sejak tahun 2013.
Tapi dengan keterlambatan itu Brennan bisa diuntungkan: ia bisa menepis tuduhan bukunya itu untuk memenangkan Biden. Saat buku ini terbit sudah banyak orang Amerika yang mencoblos surat suara.
Brennan masih memperkirakan satu hal lagi: di akhir kepresidenannya, Trump akan mengeluarkan dekrit presiden Amerika Serikat. Isinya: memberikan pengampunan kepada Donald Trump sebelum dan selama menjadi presiden. Bahkan, bisa jadi, ia juga memberikan pengampunan kepada beberapa pendukungnya yang potensial masuk penjara.
Brennan sangat menginginkan agar Trump tidak terpilih lagi. Kalau saja terpilih Trump akan meneruskan apa yang selama ini dilakukan: ketidakmampuannya, ketidakpantasannya, korupsinya, pemecah belahannya, penyalahgunaan jabatannya, penipuannya, dan kebohongannya. Rasanya Brennon sudah tidak kelewatan menyebutkan semua kejelekan Trump sebagai presiden.
Dan semua itu ia uraikan di dalam buku itu. Tanpa sedikit pun merasa takut untuk diperkarakan. “Rasanya Jaksa Agung William Barr tidak mungkin tidak memperkarakan isi buku saya itu,” ujar Brennan. “Tapi saya tidak takut. Saya lebih memikirkan nasib rakyat Amerika,” katanya.
Senjata baru Tiongkok pun masih menunggu komando berikutnya. Peluncur-peluncur itu siap menghujani Taiwan dengan peluru. Dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, peluncur itu bisa membawa jenis senjata apa saja.