GARUT – Bupati Garut Rudy Gunawan, saat ini tengah merasakan rasa kecewa yang luar biasa. Kekecewaan tersebut ia rasakan setelah mengetahui bahwa rumah sakit swasta yang ada di Kabupaten Garut tidak mau menampung atau dijadikan tempat isolasi dan perawatan warga yang positif Covid-19.
”Saya kecewa dengan rumah sakit swasta yang tidak mau menyediakan (ruangan isolasi). Selama ini memang rumah sakit swasta kebanyakan enggan menerima pasien positif Covid-19,” ujarnya, Senin (19/10).
Ia mengaku bahwa pihaknya tidak mengetahui secara pasti alasan rumah sakit swasta di Garut enggan menampung pasien yang dinyatakan positif Covid-19. Namun ia menduga bahwa alasannya adalah bisnis, karena enggan kehilangan pasien umum.
”Mungkin takut pada kabur pasiennya. Alasan bisnis itu,” katanya.
Tidak hanya rumah sakit milik swasta yang enggan dijadikan tempat ruang isolasi dan perawatan pasien Covid-19. Rudy mengungkapkan bahwa hotel-hotel yang ada di Garut pun tidak ada yang mau disewa dan dijadikan tempat isolasi dan perawatan.
Pihaknya memang berupaya mencari alternatif lain untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pasien Covid-19 di Garut. ”Hotel, ga ada yang mau pak. Kita harus putar otak dan mencari tempat lain,” ungkapnya.
Hingga saat ini, kasus konfirmasi positif di Garut mencapai 426 orang. Dengan 157 orang di antaranya harus menjalani isolasi di rumah sakit. Sedangkan 255 kasus sembuh dan 14 kasus meninggal.
Humas Gugus Tugas Percepatan Covid-19 Garut, Yeni Yunita, menuturkan, penambahan kasus terbanyak terjadi pada Jumat (16/10) yakni sebanyak 63 orang. Sedangkan pada Sabtu bertambah lima orang dan Minggu sebanyak enam orang.
”Dalam tiga hari terakhir saja ada 74 penambahan kasus positif. Klaster keluarga yang paling harus diwaspadai,” tutupnya. (igo)