SOREANG – Petani di Kabupaten Bandung, resah dengan hama tikus yang menyerang tanaman padi milik mereka. Pasalnya, saat ini memasuki pasca panen di musim kemarau basah. Oleh karena itu, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung fokus pada pengendalian hama tikus di lahan pertanian.
Kasi Pengedali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian kabupaten Bandung, Agus Lukman mengungkapkan, tikus cenderung menyukai tempat lembab dan basah, sehingga ia menyarankan para petani untuk mengatur sistem pengairan lahan sawah mereka dengan cara sehari diberi air, empat hari dikeringkan, agar tanah tidak terlalu basah tergenang air.
”Jadi sekarang itu petani baru selesai masa panen, jadi kita melakukan pengendalian pasca panen atau sebelum masa tanam kembali agar kita bisa menekan populasi tikus lebih awal, jadi begitu tanam, serangan dari tikusnya tidak terlalu eksplosif,” kata Agus saat ditemui di Soreang, Jumat (28/8).
Saat ini, kata Agus, wilayah pertanian di Kabupaten Bandung yang paling rawan diserang hama tikus adalah Margaasih, Banjaran, Baleendah, Solokan Jeruk, Majalaya, Rancaekek, dan beberapa wilayah yang dekat dengan aliran sungai besar dan irigasinya masih tradisional.
”Populasi hama tikus ini mempunyai siklus lima tahunan, dan tahun ini sebenarnya bukanlah masa siklusnya, sehingga populasi tikusnya masih tergolong rendah dibanding tahun kemarin,” jelasnya.
Untuk mendeteksi hama tikus, kata Agus, bisa dilihat dari kerusakan tanaman dan lubang-lubang pada pematang sawah. Namun untuk saat ini intensitas kerusakannya masih diangka 4-5, artinya hal tersebut masih jauh dari ambang ekonomi atau ambang pengendalian, sehingga pihak POPT belum mengeluarkan rekomendasi untuk pengendalian tikus dengan menggunakan kimia.
”Saat ini yang dilakukan masih dengan teknis biasa, yaitu dengan agen hayati dan pestisida nabati (organik), nanti kalau memang sudah di ambang batas pengendalian, baru kita akan mengatasi dengan pestisida kimia,” terangnya.
Cara yang dipakai untuk pengendalian hama tikus tersebut diantaranya dengan cara gropyokan, pengemposan dengan pembongkaran pematang sawah untuk menghancurkan lubang-lubang tikusnya, selain itu dengan melakukan perburuan tikus menggunakan anjing.
”Satu kali gropyokan itu kita bisa melibatkan 60 orang yang merupakan gabungan dari petani, petugas PPL, Babinsa, dan babinkamtibmas,” akunya.