BANDUNG – Seabad Gedung Sate dirundung kabut kelam. Sebab, hari ini, Gedung Sate ditutup total.
Penutupan seiring dengan munculnya Surat Edaran (SE) Nomor: 800/117lUM Tentang Penyesuaian Sistem Kerja Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Surat Edaran itu juga berdasarkan perkembangan situasi pandemi Covid-19 di Lingkungan Sekretariat Daerah, maka Gubernur pun menginstruksikan penyesuaian kembali kegiatan dan sistem kerja bagi PNS di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Ada empat poin yang ditekankan dalam SE tersebut.
Seluruh PNS dan non PNS di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat untuk melakukan Work From Home (WFH).
Seluruh PNS wajib melaporkan aktivitas kinerja dan kehadiran melalui TRK dan K-Mob, sebagai dasar perhitungan dan pemberian TPP.
Masjid, Command Center, Museum, Kantin, dan area publik Gedung Sate ditutup.
Surat Edaran ini berlaku mulai tanggal 30 Juli 2020 sampai dengan tanggal 14 Agustus 2020.
Gedung yang dicanangkan menjadi destinasi alami ini tiba-tiba sepi. Hanya ada suara gemuruh pohon ditempa angin. Yang daun-daunya satu persatu jatuh ke aspal.
Para securiti tak biasanya berjajar di lima pintu masuk gedung ikonik tusuk sate itu. Menjaga supaya tidak ada yang masuk. Bukan karena ada unjuk rasa, ada kunjungan pejabat negara. Usia 100 tahun Gedung Sate, sepi tanpa hari jadi.
Sejak tadi pagi, orang-orang bertanya. Termasuk para jurnalis. Ada apa ini? Ada-apa ini? Terselang tujuh mobil melintas di depan pintu gerbang timur. Tiba-tiba masuk Surat Edaran di WAG (WhasApps Grup) tentang Penutupan Sementara Gedung Sate.
Alasan penutupan, Covid-19. Gedung yang memiliki 28 tiang: 14 kanan, 14 kiri itu kini ditutup. Gedung Sate pun menjadi cluster baru. Dari informasi, ada 40 orang ASN yang terjakiti. Itu diketahui setelah beberapa hari sebelumnya melakukan test swab masal.
Apapun aral melintang, gedung yang dibangun pada zaman penjajahan ini tidak pernah ditutup. Dan ini menjadi kali pertama dalam sejarah. Pas Satu abad.
Padahal, kurang apa gejolak. Setiap tahunnya ada ribuan buruh, mahasiswa atau elemen lainnya yang ujuk rasa. Mengepung, mencekram, mengamuk. Namun, tak membuat ikon Kota Bandung ini tunduk.