NGAMPRAH – Warga RT 05/14, Kampung Blok Sumur, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terdampak proyek pembangunan trase Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Deni Setiawan,37, salah seorang warga mengaku terdampak langsung pembangunan proyek senilai Rp 40 triliun itu. Jarak antara rumah dan lubang yang dibor alat berat untuk tiang pancang trase KCJB hanya berjarak 5 meter.
Hasilnya rumahnya bergetar hebat tiap alat berat mengebor dan paku bumi dihantamkan untuk membuat lubang yang cukup besar.
Rumah Deni sendiri persis menghadap lokasi proyek. Titik pengeboran untuk tiang pancang hanya berjarak kurang dari 10 meter. Tak jarang Deni khawatir rumahnya mengalami kerusakan akibat kencangnya getaran saat pengeboran berlangsung.
“Bisa dilihat, jarak lokasi pengeboran menggunakan alat berat dengan rumah saya hanya 5 meter. Getarannya sampai ke dalam rumah. Untung aja rumah gak runtuh,” ujar Deni di kediamannya, kemarin (23/6).
Selain getaran, Deni juga menunjukkan drainase yang tertutup material proyek. Menurut Deni, akibat tertutupnya drainase itu, permukiman di sekitar lokasi kerap diterjang banjir saat hujan tiba.
“Di sini tadinya ada dua gorong-gorong. Yang satu udah ketutup tanah. Jadi kalau hujan besar, komplek sering banjir,” tuturnya.
Dampak yang paling terasa saat ini menurut Deni adalah akses jalan warga. Mau tak mau, warga harus menggunakan jalur proyek untuk keluar masuk permukimannya. Warga harus bergelut dengan debu saat musim kemarau dan lumpur saat musim hujan.
“Memang dari KCIC menjanjikan akan dibuatin jalan jika proyeknya sudah jadi. Tapi saat ini ya beginilah kondisinya,” jelasnya.
Meskipun terdampak secara langsung, namun sedikitpun ia dan keluarganya tidak menerima kompensasi dari pelaksana pembangunan proyek tersebut.
“Saya sampai memasang spanduk di depan rumah ini maksudnya biar gak ada fitnah. Soalnya, semenjak ada proyek ini, keluarga kita suka disangka dapat uang kompensasi paling besar. Padahal sepeserpun juga enggak nerima,” tandasnya. (mg6/drx)