Al-Hamid Al-Husaini menerangkan sebagian besar para penulis sejarah meyakini bahwa yang meracun Sayyidina Hasan adalah istrinya. Bernama Ja’dah binti Al-Asy’ats atas perintah Muawiyah. Dengan iming-iming uang sebesar 100.000 dinar. Salah satu alasan kekhawatiran Muawiyah yang menjadi khalifah pada usia 61 tahun adalah kalau ia wafat kemudian Sayyidina Hasan akan naik kembali menjadi Khalifah. Itu sebabnya banyak yang menduga wafatnya Sayyidina Hasan adalah sebuah peristiwa politik.
Sementara Dr Ali M Sallabi dalam Al-Hasan ibn Ali: His Life & Times (2014) menerangkan bahwa, sebagian kalangan justru menyebut Yazid yang menyuruh istri Hasan untuk meracuni suaminya. Imam Suyuthi menceritakan Sayyidina Hasan diracun istrinya sendiri yang disuruh oleh Yazid bin Mu’awiyah dengan iming-iming akan dinikahi Yazid.
Sementara Ibnu Arabi (seorang pengembang ajaran tasawuf) justru menolak pendapat jika Hasan diracun atas perintah Muawiyah atau Yazid. “Tidak ada yang tahu kecuali Allah,” Terlepas dari siapa sebenarnya yang meracuni Hasan dan siapa dalang di baliknya, beberapa saat sebelum ajal menjemput Hasan masih menunjukkan jiwa besarnya tentang pentingnya persatuan di kalangan kaum Muslimin.
“Bila aku wafat, makamkanlah aku dekat makam kakekku, Rasulullah. Untuk itu mintalah izin lebih dulu kepada Ummul Mukminin Aisyah, bolehkah aku dimakamkan di rumahnya di samping makam Rasulullah. Akan tetapi jika ada pihak yang menentang keinginanku, usahakanlah agar jangan sampai keinginanku itu mengakibatkan pertumpahan darah dan makamkanlah aku di permakaman umum, Baqi,” kata Hasan kepada adiknya sebelum ia wafat.
Dan benar saja, saat jenazahnya hendak dikebumikan, perselisihan terjadi antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah. Keturunan Umayyah menggugat keinginan Hasan tersebut karena menurut mereka khalifah ketiga (Utsman bin Affan yang keturunan Umayyah) saja tidak dimakamkan di samping rasulullah. Sementara orang-orang Bani Hasyim berkeras bahwa ini adalah wasiat terakhir Hasan yang harus ditunaikan.
Di tengah ketegangan itu, Abu Hurairah, sahabat Rasulullah yang terkenal sebagai periwayat hadis, berhasil menengahi dua kubu yang berselisih. Ia mengingatkan pesan Hasan bahwa jika permakamannya menimbulkan sawala, maka ia meminta untuk dimakamkan di pekuburan umum saja. Akhirnya jenazah Hasan dikuburkan di Baqi. Berdekatan dengan makam neneknya, Fatimah binti Asad, ibunda Ali bin Abi Thalib. (Irfan Teguh).