BANDUNG-Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat Dewi Sartika, mengakui tidak semua SMA/SMK maupun Sekolah Luar Biasa (SLB) mimiliki fasilitas lengkap selama pembelajaran jarak jauh (PJJ),yang memaksa harus dilakukan secara daring (online).
Dewi-nama pendeknya-Dewi Sartika mengungkapkan, bahwa tidak semua sekolah tersebut didukung oleh fasilitas dan aksesibilitas teknologi dan informasi. Sehingga kata Dewi, tidak semua sekolah melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring. Untuk SMA, Dewi menyebut, ada sekira 15 persen sekolah yang tidak melakukan KBM secara online, untuk SMK 16 persen dan 13 persen untuk SLB.
“Akses internet belum mendukung, banyak peserta yang tidak punya alat seperti tidak punya HP, dan lain sebagainya,” ungkap Dewi, Selasa (19/5).
Dengan kondisi tersebut, pihaknya kata Dewi, perlu melakukan evaluasi mengenai pelaksanaan PJJ selama pandemi Covid-19 ini.
Keadaan ini, sebut Dewi, sangat menggangu terhadap dunia pendidikan serta mengganggu mental siswa maupun tenaga pendidik.
“Dengan kondisi saat ini, banyak kami temukan di lapangan yang belum siap menghadapi kondisi sekarang,” sebutnya.
Untuk itu, demi menjaga kualitas pendidikan di Jabar, pihaknya kata Dewi, juga tetap menjaga stimulus anggaran termasuk percepatan pembiayaan yakni bagimana sekolah swasta tetap dibantu.
“Dimana kalau tahun lalu, per peserta didik itu Rp 500 ribu, kalau tahun sekarang Rp 550 ribu, untuk kurang lebih 5.112 sekolah swasta,” sebutnya.
Pemerintah Jawa Barat melalui Disdik juga telah menganggarkan sebesar Rp 673 miliar. Anggaran lain juga termasuk pembayaran guru non PNS.
Pengganggaran juga termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah negeri yang juga dianggarkan Rp 530 miliar lebih.
“Dan itu akan kita lakukan percepatan-percepatan agar mereka (guru – guru non PNS) bisa melakukan tanggung jawabnya,” pungkasnya. (mg2/tur)