Optimalisasi Karakter dengan Melihat Potensi Siswa

BANDUNG-Setiap anak sebetulnya memiliki kecerdasan yang sama di bidang masing-masing. Namun, ada kalanya ia dianggap bodoh karena dipaksa untuk mahir di bidang yang tidak ia minati, sementara keahliannya tidak pernah dihargai. Hal ini diungkapkan seorang Psikolog Kota Bandung, Yunita Sari.

Yunita menjelaskan, pendidikan pada dasarnya digunakan untuk membantu anak berperilaku dan menjalani kehidupannya kelak. Menurut dia, pendidikan di sekolah hanya salah satu bentuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sementara proses mencari ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari mana saja, bisa dari pembelajaran disiplin di rumah, belajar bercocok tanam di kebun dan lain sebagainya.

“Nilai akademik di sekolah bukan satu-satunya tolak ukur kesuksesan seorang anak untuk dapat menjalani kehidupannya kelak. Sehingga apabila nilai akademik anak pas-pasan yang perlu kita cari tahu adalah bagaimana proses pembelajaran di sekolah tersebut berlangsung, apakah memotivasi anak untuk mau mencari tahu tentang ilmu, apakah ilmu pengetahuan atau pelajaran di sampaikan dengan metode yang mudah dipahami, apakah lingkungan sekolah kondusif bagi anak untuk belajar dan meningkatkan prestasinya, bagaimana potensi dan minat anak,” urai perempuan berkerudung ini, kepada Jabar Eksprea, Selasa (12/5).

Menurut Yunita, bahwa kecerdasan setiap anak tidak bisa disamaratakan. “Kecerdasan atau intelegensi digunakan ahli psikolog, Wechler, menyatakan bahwa kecerdasan bersifat tunggal, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan menetapkan tujuan, berpikir rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya secara memuaskan,” ucapnya.

“Pada dasarnya, tidak ada individu yang senang untuk dipaksa dalam melakukan sesuatu. Maka dari itu tugas guru dan orang tua untuk mencari tahu, memahami kebutuhan dan potensi anak,” sambungnya.

dia memaparkan, setelah memahami potensi dari seorang anak, maka saat itu guru atau orang tua memberi kesempatan sebanyak-banyaknya bagi anak untuk bereksplorasi dan mengasah kemampuannya (potensinya) dengan pendampingan serta arahan dari orang tua dan guru (lingkungan). (mg2/tur)

Tinggalkan Balasan