BANDUNG – Banyak orang yang mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah generasi milenial. Generasi ini memang sering dikaitkan dengan anak muda yang kekinian. Generasi milenial juga dikenal dengan nama lain Generasi Y.
Dilansir dari kominfo.go.id, istilah generasi milenial diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika. Mereka adalah William Strauss dan Neil Howe. Generasi ini juga disebut dengan generation me atau echo boomers.
Seorang Psikolog Yunita Sari mengemukakan pendapatnya mengenai beberapa gangguan mental yang berkaitan dengan hal-hal digital yang mungkin terjadi pada generasi milenial.
“Yang sekarang sudah menjalar itu kan kebanyakan game addiction, internet addiction, sex addiction, problematic internet use, berkaitan dengan adiksi lah. Sama bunuh diri juga (suicide), tapi sebelum bunuh diri juga ada suicide ideation atau ide bunuh diri. yang banyak itu adalah ide bunuh diri, kalau depresi atau mengalami masalah, jadi rentan.” ujar Yunita kepada Jabar Ekspres, Selasa (9/3).
Lebih lanjut ia memaparkan anak-anak milenial yang lahir di atas tahun 2000-an sudah terbiasa menggunakan gawai. Tak hanya itu, mereka juga terbiasa dengan hal-hal yang sifatnya instan.
Sehingga dampaknya anak tersebut tidak tahan dengan keadaan stress atau tidak tahan dengan hal-hal yang memakan waktu lama.
“Misalnya mau makan, pesan lewat jasa online. Menunggu lama, kemudian tidak tahan semuanya harus instan. Dulu kan saya, kalau mau makan harus masak dulu, nunggu dulu, jadi kan harus belajar proses. Tapi kalau anak-anak sekarang mau sesuatu, susah untuk belajar proses itu,” paparnya.
Yunita yang saat ini sedang menempuh studi Doktoral di Universitas Gajah Mada (UGM) menganggap bahwa karir, prilaku, cita-cita tidak bisa didapatkan secara instan. Ada serangkaian proses yang harus dilalui.
“Ada naik turunnya, ada gagalnya. Nah kadang-anak milenial ini tidak siap karena terbiasa dengan sesuatu yang semuanya instan,” pungkasnya. (mg7/yan)