KBB – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bakal menghentikan pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) terhitung mulai Senin (2/3).
Alasannya karena ada beberapa kejadian yang disebabkan oleh proyek tersebut. Di Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat, pengerjaan proyek KCJB juga menjadi biang kerok sejumlah kejadian. Berikut beberapa kejadian yang disebabkan oleh proyek KCJB di Cimahi dan KBB.
Menanggapi hal tersebut, warga di Kabupaten Bandung Barat, justru bersyukur. Salah satunya Ghoir (35), Warga Kampung Lebaksari, Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah, yang jadi korban pengerjaan mega proyek tersebut.
Saat malam pergantian tahun baru 2020 lalu, rumahnya diterjang banjir setinggi 1,5 meter. Penyebab banjir terparah selama 10 tahun terakhir. Ia sendiri sudah menempati rumah di kampung tersebut sejak tahun 1990-an.
“Alhamdulillah kalau memang dihentikan, kalau bisa tidak perlu diteruskan. Kemarin saya jadi kebanjiran, karena pembangunan kereta cepat ini asal-asalan. Ada gorong-gorong malah tertutup tanah dari urugan proyek,” ujar Ghoir saat ditemui di kediamannya, Minggu (1/3/2).
Tak hanya banjir, proyek itu juga mengebabkan wilayah tempat tinggalnya menjadi berdebu, berisik, dan tidak ramah lingkungan, terutama bagi anak-anak.
“Ini kan tanahnya basah, kalau kering itu debunya sangat mengganggu. Pasti lah kalau masuk ke dalam rumah, tapi yang lebih berbahaya untuk pernafasan. Kalau sedang ada pengerjaan juga jadi berisik,” bebernya.
Berdasarkan pantauan di proyek kereta cepat di Kampung Lebaksari, alat berat untuk pengerjaan proyek masih ada yang beroperasi.
Namun di tunnel 10 Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, KBB, tak terlihat ada pengerjaan atau pekerja yang mondar-mandir. Petugas keamanan yang ada di area proyek pun enggan memberikan jawaban.
“Kurang tahu, saya hanya jaga,” katanya. (mg6/yan)