Ia mencintai fitnah karena mencintai anak dan istri.
Di forum UIN Banten itu saya juga keceplosan. Dalam praktik manajemen sehari-hari, terlalu banyak bawahan yang mengeluhkan atasan. Lalu menjadi tidak produktif.
Kondisi yang seperti itu harus diatasi. Bawahan harus menemukan cara untuk bisa mendapatkan keinginan mendapat bawahan. Jika menginginkannya baik.
Yang perlu ditemukan adalah ‘suka suka apa’. Cara itu pasti bisa ditemukan –asal bawahan menemukan perasaan atasan.
“Kita lho bisa memerintah Tuhan. Mengapa tidak berhasil atasan. Memangnya atasan itu melebihi Tuhan,” kata saya.
Tentu mahasantri di situ kaget: manusia bisa masak Tuhan.
Maka saya pun meminta mereka untuk memperbincangkan semua kalimat dalam do’a. “Semua kalimat dalam do’a itu bentuknya pasti fi’il amr, kata perintah,” kata saya.
Contoh: Ya Tuhan, berilah saya rezeki. Kata ‘berilah’ adalah tergolong ‘kata perintah’.
Berarti kita itu setiap hari mengatur Tuhan. Hanya dalam bentuk kemasan yang dikemas dalam kemasan do’a.
Maka semua itu soal kemasan. Untuk dapat mengatur atasan, temukanlah kemasan seperti apa yang cocok.
Ini soal cara.
Adakah Prof. Yudian sudah tidak bisa lagi menemukan cara lain dalam bertemu Pancasila? Seperti juga Nadiem yang mungkin tidak menemukan cara selain urakan untuk mengubah kemerdekaan dalam kampus? (Dahlan Iskan)