JAKARTA-Karakter adalah hal prioritas dalam dunia pendidikan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan Hanif Saha Ghafur saat mengisi diskusi pendidikan pada pengukuhan Majelis Alumni Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (4/2). Hanif menyatakan, hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Harvard di Kota New York. Ia menyebutkan bahwa kontribusi kemampuan akademik hanyalah 20 persen, termasuk faktor lainnya, seperti warisan, keturunan, pengalaman, dan sebagainya. Selebihnya, lanjut alumnus Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur itu, adalah karakter yang sudah terbentuk dalam diri seseorang tersebut hingga mengantarkannya pada jenjang kesuksesan.
“Nah, jadi, yang menyebabkan seseorang itu sukses dan punya prestasi hebat CEO-CEO di Kota New York itu adalah karena faktor karakter,” katanya, dilansir dari nu.or.id.
Tak ayal, akademisi Universitas Indonesia itu menegaskan bahwa karakter lebih penting dari kecerdasan akademik. Sebab, sumbangsih hal terakhir itu hanyalah 20 persen saja, meskipun tentu tidak menafikannya.
“Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting, sangat prioritas dan itulah yang menyebabkan orang sukses,” katanya.
Lebih lanjut, Hanif menjelaskan bahwa karakter yang dimaksud dalam hal ini bukan sekadar sikap baik saja, tetapi perlu karakter hebat. Sebab, karakter kedua itulah yang mampu membawa kepemimpinan dengan akselerasi.
“Jadi kita harus apa? We must change. You should change from good to great (Kita harus berubah. Kamu harus berubah dari baik ke hebat),” katanya.
Saat ini, menurutnya, hal yang terpenting bukan sekadar menjadi orang baik, tapi menjadi orang hebat. Karakter hebat itu harus dididikkan kepada anak didik sehingga para pelajar tidak sekadar hanya menerima pendidikan akademik saja. Namun, hal itu juga harus dilakukan secara bertahap dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukan secara terus-menerus. “Tentu saja untuk menjadi orang hebat ini tidak cukup kalau hanya sekadar melompat, tapi doing great by doing good. Tentu saja, kita harus step by step, membangun great itu dari akumulasi good, good, and good,” terangnya.