Menurut dia, kondisi tersebut terjadi akibat dinamika atmosfer skala regional dan lokal terkini, termasuk Monsun Asia yang mulai menunjukkan aktivitas signifikan.
Aktivitas Monsun Asia, menyebabkan peningkatan massa udara basah, terbentuknya pola konvergensi, pelambatan dan belokan angin di beberapa wilayah, dan suhu muka laut hangat yang mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia.
Kemudian menurut perkiraan BMKG curah hujan hingga Maret 2020 terus meningkat yakni mencapai 400 milimeter dalam satu bulan.
“Karena itu, kita harus terus waspada akan potensi bencana hidrometeorologi yakni dengan cara menghindar apa bila terdapat tanda-tanda nya,” kata dia.
Longsor, banjir dan banjir bandang diperkirakan masih berpotensi terjadi, oleh karena itu perlu ditingkatkan kewaspadaan bagi masyarakat, katanya.
“Biasanya sebelum banjir bandang terlihat tanda-tanda, namun terkadang tidak harus ada hujan di daerah terjadinya banjir bandang tersebut, bahkan hujannya justru di atas gunung,” katanya.
Jika terlihat hujan di atas gunung maka yang berada di bawah atau di pinggir sungai harus waspada dan menjauh dari sungai, katanya.
“Jika terlihat air sungai tiba-tiba keruh maka segera menjauhi sungai karena biasanya air tersebut menghanyutkan kayu dan benda lainnya yang membahayakan,” kata dia menerangkan.
Menurut perkiraan BMKG, bencana alam puting beliung juga potensi terjadi yakni dengan ciri-ciri awan seperti bunga kol, biasanya selama 30 menit hingga satu jam kemudian jika semakin gelap maka akan terjadi puting beliung, dan segera menyingkir. (yan/fin)